
Penyebab Gunung Lewotobi Bisa Meletus. Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali menjadi sorotan setelah erupsi dahsyat pada 7 Juli 2025, memuntahkan kolom abu setinggi 18 kilometer. Fenomena ini menimbulkan kepanikan warga, hujan abu, dan gangguan penerbangan. Erupsi ini bukan kejadian pertama, karena gunung ini dikenal aktif dengan sejarah letusan panjang. Artikel ini mengulas penyebab erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dari perspektif geologi, faktor pemicu, dan dinamika vulkanik yang mendorong aktivitas eksplosif, berdasarkan data ilmiah dan pengamatan terkini. BERITA BOLA
Letak Geologis Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi, terdiri dari Lewotobi Laki-laki (1.584 mdpl) dan Lewotobi Perempuan (1.703 mdpl), adalah gunung api kembar di Pulau Flores, bagian dari Cincin Api Pasifik. Kawasan ini terletak di zona subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia, menciptakan tekanan geologis yang memicu aktivitas vulkanik, menurut BBC Indonesia. Subduksi ini menghasilkan magma yang naik ke permukaan, menjadi bahan bakar utama erupsi. Flores sendiri memiliki 40 gunung api, 13 di antaranya aktif, menjadikan wilayah ini rawan bencana vulkanik.
Tekanan Gas dalam Magma
Salah satu penyebab utama erupsi adalah tekanan gas dalam magma. Magma mengandung gas vulkanik seperti uap air, karbon dioksida, dan sulfur dioksida, yang terperangkap di kedalaman bumi, menurut tirto.id. Ketika magma naik, tekanan gas meningkat dan mendorong material ke permukaan. Pada erupsi 7 Juli 2025, PVMBG mencatat aktivitas seismik tinggi, termasuk gempa vulkanik dalam, menunjukkan migrasi magma yang kuat. Tekanan gas ini memicu letusan eksplosif, menghasilkan kolom abu 18 kilometer dan awan panas sejauh 5 kilometer, menurut Kompas.
Sifat Magma dan Jenis Erupsi
Sifat magma sangat memengaruhi jenis erupsi. Magma kental dengan kandungan silika tinggi, seperti di Lewotobi Laki-laki, menyulitkan gas untuk keluar, menyebabkan tekanan tinggi dan erupsi eksplosif, menurut tirto.id. Data PVMBG menunjukkan erupsi Strombolian pada November 2024, dengan kolom abu 10 kilometer, diikuti letusan lebih besar pada Juli 2025. Sebaliknya, magma cair seperti basalt menghasilkan aliran lava yang lebih tenang. Struktur kawah Lewotobi yang memanjang ke timur laut juga mengarahkan material erupsi, meningkatkan risiko di sektor tersebut.
Interaksi Magma dengan Air
Interaksi magma dengan air bawah tanah atau air laut dapat memperparah erupsi. Ketika magma panas bertemu air, uap yang dihasilkan menciptakan tekanan besar dalam waktu singkat, memicu letusan freatik yang eksplosif, menurut tirto.id. Meski tidak ada laporan spesifik tentang interaksi air pada erupsi Juli 2025, potensi banjir lahar hujan di sungai seperti Dulipali dan Nawakote menunjukkan risiko tambahan jika hujan deras terjadi, menurut CNBC Indonesia. Faktor ini meningkatkan bahaya di wilayah sekitar.
Aktivitas Seismik dan Deformasi
Peningkatan aktivitas seismik adalah indikator utama erupsi. Pada 16-17 Juni 2025, PVMBG mencatat 52 gempa vulkanik dalam dalam dua jam, jauh di atas rata-rata harian 8-10 kejadian, menurut Detik. Gempa ini menunjukkan migrasi magma ke permukaan. Data deformasi dari tiltmeter dan GPS juga mengindikasikan inflasi, tanda tekanan dalam tubuh gunung. Micro tremor pada 19 Maret 2025 dengan amplitudo 3,7 mm memperkuat bukti aktivitas magma, menurut Kompas. Fenomena ini memicu kenaikan status ke Level IV (Awas) pada Juni 2025.
Faktor Manusia dan Lingkungan
Meski erupsi didominasi faktor geologi, aktivitas manusia seperti deforestasi atau penambangan di lereng gunung dapat memperburuk dampak. Hutan lindung seluas 28 ribu hektar di sekitar Lewotobi rusak akibat erupsi dan kebakaran, menurut Mongabay. Ini melemahkan struktur tanah, meningkatkan risiko longsor atau lahar. Masyarakat setempat juga mempercayai erupsi sebagai kemarahan leluhur akibat konflik sosial, mendorong upacara adat seperti tuba ile untuk meredakan, menurut Mongabay.
Sejarah Erupsi dan Pola Aktivitas: Penyebab Gunung Lewotobi Bisa Meletus
Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki riwayat erupsi sejak 1675, dengan letusan besar pada 1861, 1921, dan November 2024 (10 korban jiwa), menurut Detik. Erupsi Juli 2025 adalah salah satu yang terbesar, dengan kolom abu melampaui 11 kilometer pada Juni 2025. PVMBG mencatat 872 aktivitas vulkanik dari Januari hingga November 2024, atau rata-rata 6 kali sehari, menunjukkan gunung ini sangat aktif. Penumpukan lava di kawah timur laut, terdeteksi via satelit Sentinel-2, meningkatkan potensi erupsi eksplosif, menurut Kompas.
Upaya Mitigasi dan Pemantauan: Penyebab Gunung Lewotobi Bisa Meletus
PVMBG terus memantau Lewotobi dengan seismograf, tiltmeter, dan citra satelit untuk prediksi dini. Rekomendasi termasuk radius bahaya 7-8 kilometer dan kewaspadaan terhadap lahar hujan, menurut Tempo. Namun, keterbatasan teknologi di 15% pos pemantauan gunung api Indonesia menghambat akurasi prediksi, menurut Bola.com. Rencana penerapan AI untuk prediksi erupsi dengan akurasi 85% pada 2026 diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan, menurut Kompas.
Kesimpulan: Penyebab Gunung Lewotobi Bisa Meletus
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada 7 Juli 2025 dipicu oleh tekanan gas magma, sifat magma kental, interaksi dengan air, dan aktivitas seismik yang menunjukkan migrasi magma. Letaknya di Cincin Api Pasifik memperkuat potensi aktivitas vulkanik. Dengan sejarah erupsi panjang dan dampak signifikan, pemantauan ketat dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting. Investasi teknologi dan edukasi bencana dapat meminimalkan risiko, melindungi warga, dan memperkuat ketahanan Indonesia terhadap bencana vulkanik.