Korban Banjir Sri Lanka Meningkat Jadi 465 Orang & 366 Hilang. Pada 3 Desember 2025, bencana banjir akibat siklon Ditwah yang melanda Sri Lanka sejak akhir November terus menimbulkan korban jiwa. Angka kematian resmi kini mencapai 465 orang, naik dari 410 pada hari sebelumnya, sementara 366 jiwa masih dilaporkan hilang di berbagai wilayah. Badan Penanggulangan Bencana Sri Lanka melaporkan lebih dari 1,4 juta orang terdampak, dengan 15.000 rumah hancur dan 108.000 warga mengungsi ke tempat penampungan sementara. Siklon ini, yang membawa hujan lebat dan angin kencang, memicu longsor di daerah pegunungan dan banjir bandang di pesisir, menjadikannya bencana terburuk dalam satu dekade. Presiden Anura Kumara Dissanayake menyatakan darurat nasional, meminta bantuan internasional segera. Upaya penyelamatan masih berlangsung, meski akses ke beberapa daerah terhambat longsor dan banjir yang tak kunjung surut. INFO CASINO
Dampak Manusia: Korban dan Pengungsi yang Meningkat: Korban Banjir Sri Lanka Meningkat Jadi 465 Orang & 366 Hilang
Korban jiwa melonjak tajam sejak siklon membuat darat pada 28 November. Daerah Kandy dan Badulla di pegunungan tengah jadi zona paling parah, dengan 88 kematian di Kandy saja dan 150 orang hilang di Badulla akibat longsor yang menimpa desa-desa teh. Total, 336 orang hilang sejak Minggu, dan angka ini bisa naik karena tim penyelamat belum capai 20 persen wilayah terisolasi. Lebih dari 407.000 keluarga kehilangan rumah, dengan 1,2 juta orang terdampak secara langsung—termasuk 200.000 anak yang butuh bantuan mendesak.
Cerita pribadi menambah pilu: seorang ibu di Alawathugoda selamat dengan memeluk anaknya di atas seprai, tapi kehilangan tetangga di longsor yang menelan 15 rumah. Di Kolombo, banjir Kelani River memaksa 125 keluarga mengungsi ke sekolah, berbagi satu toilet dan makanan kering terbatas. Pemerintah buka 500 tempat penampungan, tapi kekurangan air bersih dan obat-obatan picu kekhawatiran wabah. Militer terlibat penuh, dengan helikopter evakuasi pasien kritis dari rumah sakit yang kebanjiran.
Kerusakan Infrastruktur: Longsor dan Banjir Hancurkan Segala: Korban Banjir Sri Lanka Meningkat Jadi 465 Orang & 366 Hilang
Siklon Ditwah tak hanya banjir, tapi juga longsor dahsyat di pegunungan Uva dan Nuwara Eliya, hancurkan jalan raya, jembatan, dan lahan pertanian. Lebih dari 20.000 hektar sawah terendam, rugikan petani teh yang andalkan ekspor. Di Kolombo, banjir lumpuhkan transportasi: kereta api terganggu, dan 100 agen ICE dikerahkan untuk evakuasi, tapi jalan lumpur hambat truk bantuan. Rumah sakit di lima distrik kebanjiran, dengan pasien dipindah helikopter—sistem kesehatan yang rapuh pasca-krisis ekonomi 2022 kini di ambang kolaps.
Cuaca buruk bertahan: hujan lebat diprediksi hingga akhir pekan, potensial tambah korban. Pemerintah klaim 88 persen korban dari daerah miskin, soroti ketidaksiapan infrastruktur pasca-bencana 2003 yang tewaskan 254 orang. Pariwisata, penyumbang 10 persen PDB, terpukul: pantai selatan tutup, rugikan ribuan pekerja.
Upaya Penyelamatan: Bantuan Internasional Mulai Mengalir
Tim penyelamat berjuang membersihkan puing dan salurkan bantuan. Militer Sri Lanka, dibantu India dan Pakistan, kerahkan 100 helikopter untuk capai daerah terpencil. WHO pimpin kluster kesehatan, koordinasi WASH dan nutrisi untuk cegah kolera di pengungsian. Bantuan internasional mulai tiba: PBB salurkan 10 juta dolar untuk makanan dan tenda, sementara AS kirim tim medis. Presiden Dissanayake sebut ini “bencana terbesar sejarah,” minta dana darurat 500 juta dolar.
Lokal, relawan seperti guru Kantharuban Prashanth di Badulla masak makanan untuk 125 keluarga di sekolah. Tapi tantangan besar: 20 persen wilayah belum dijangkau, dan hujan baru bisa picu longsor lagi. Aktivis lingkungan soroti deforestasi sebagai pemicu, tuntut kebijakan pencegahan jangka panjang.
Kesimpulan
Peningkatan korban banjir Sri Lanka jadi 465 tewas dan 366 hilang akibat siklon Ditwah jadi pukulan berat bagi negara yang masih pulih dari krisis ekonomi. Dari dampak manusia hingga kerusakan infrastruktur dan upaya penyelamatan yang gigih, bencana ini uji ketangguhan warga. Hingga akhir 2025, dengan hujan masih mengancam, prioritas adalah selamatkan nyawa dan pulihkan harapan. Dukungan global krusial, tapi Sri Lanka butuh reformasi lingkungan untuk hindari tragedi serupa. Desa-desa pegunungan tunggu bantuan, dan cerita selamat seperti Nawaz Nashra beri inspirasi di tengah duka. Negara ini bangkit, satu evakuasi demi satu.