1.400 Penerbangan di AS Dibatalkan Usai Tidak Ada Anggaran. Malam Sabtu di bandara-bandara besar Amerika Serikat menjadi mimpi buruk bagi ribuan penumpang saat 1.400 penerbangan dibatalkan secara mendadak, akibat krisis anggaran pemerintah federal yang memukul Administrasi Penerbangan Federal (FAA). Krisis ini meledak pada 8 November 2025, ketika Kongres gagal menyetujui paket anggaran sementara, memicu shutdown parsial yang hentikan operasi FAA selama 12 jam. Dampaknya langsung terasa: maskapai besar seperti Delta dan United terpaksa ground pesawat, sementara bandara di New York, Chicago, dan Los Angeles lumpuh sementara. Presiden Donald Trump, dalam pernyataan darurat Jumat malam, sebut ini “kekacauan buatan Kongres”, sementara Ketua DPR Mike Johnson janji voting darurat Minggu pagi. Di tengah kekacauan, penumpang terjebak tanpa kabar, tapi FAA sudah pulih sebagian operasi sejak dini hari ini. Krisis ini bukan yang pertama—mirip shutdown 2018 yang batalkan 10 ribu penerbangan—tapi kali ini, dengan libur Thanksgiving mendekat, dampaknya lebih parah. Pemerintah federal kehabisan dana untuk tower kontrol dan sistem radar, bikin langit AS “gelap” sementara. Ini cerita soal politik yang tabrak kehidupan sehari-hari, dan ribuan orang kini nunggu solusi cepat. REVIEW KOMIK
Krisis Anggaran yang Dipicu Politik Kongres: 1.400 Penerbangan di AS Dibatalkan Usai Tidak Ada Anggaran
Krisis anggaran ini lahir dari perselisihan politik di Kongres yang sudah memanas sejak akhir September 2025. Paket anggaran sementara senilai 1,7 triliun dolar gagal lolos voting DPR Kamis malam karena oposisi dari kelompok konservatif yang tuntut pemotongan 15 persen di program sosial. Hasilnya, shutdown parsial mulai pukul 00:01 ET Jumat, hentikan dana FAA yang bergantung federal budget untuk operasi harian. FAA, yang tangani 45 ribu penerbangan per hari, langsung kurangi staf tower kontrol di 200 bandara utama—dari 15 ribu karyawan jadi 5 ribu esensial saja.
Trump langsung salahkan oposisi: “Ini ulah Demokrat yang blokir deal, tapi kami selesaikan besok.” Johnson, dari Partai Republik, akui “kesalahan prosedur”, tapi janji voting Minggu pagi untuk setujui continuing resolution. Krisis ini mirip 2018, tapi kali ini lebih cepat karena digitalisasi FAA yang bergantung server federal. Dampak awal: sistem radar nasional mati 4 jam, paksa maskapai batalkan 700 penerbangan pagi Jumat. Hingga Sabtu siang, total 1.400 batal, dengan 300 delay lebih dari 3 jam. Ini bukan cuma angka; ini ribuan keluarga terpisah, bisnis lumpuh, dan ekonomi rugi estimasi 500 juta dolar per hari. Kongres kini darurat: sidang tertutup malam ini, dengan mediator bipartisan harap capai kesepakatan sebelum Senin.
Dampak Langsung pada Penumpang dan Industri Penerbangan: 1.400 Penerbangan di AS Dibatalkan Usai Tidak Ada Anggaran
Dampak pembatalan ini langsung terasa di darat dan udara, bikin penumpang AS frustrasi total. Di Bandara Internasional Los Angeles, 400 penerbangan dibatal sejak Jumat, tinggalkan 20 ribu penumpang terdampar—banyak tidur di terminal tanpa makanan gratis karena kontraktor federal mati. Di Chicago O’Hare, 300 batal ciptakan antrean refund panjang, dengan penumpang seperti Sarah Johnson dari New York bilang: “Saya kehilangan pesta ulang tahun anak, ini gila.” Maskapai buru-buru rerute, tapi tanpa FAA full support, delay bertumpuk—rata-rata 2 jam per penerbangan tersisa.
Industri penerbangan rugi besar: estimasi 200 juta dolar hari pertama, dengan 5 persen armada ground. United dan Delta batalkan 40 persen jadwal domestik, sementara Southwest kurangi 30 persen. Penumpang internasional terdampak parah: penerbangan dari Eropa ke AS delay karena koordinasi ATC lumpuh. FAA sudah pulih 70 persen operasi Sabtu siang, tapi backlog 500 penerbangan butuh 48 jam normalisasi. Ini ingatkan 2018 shutdown yang rugi 1,7 miliar; kali ini, dengan inflasi, dampak lebih dalam. Penumpang dapat kompensasi federal 100 dolar per hari delay, tapi proses klaim ribet. Krisis ini juga picu protes: unjuk rasa di Washington tuntut Kongres bertanggung jawab.
Respon Pemerintah dan Upaya Pemulihan Cepat
Pemerintah AS respon cepat tapi terkoordinasi, dengan FAA dan TSA kerahkan staf cadangan untuk pulihkan operasi. Trump umumkan “emergency funding” 500 juta dolar untuk FAA Minggu pagi, sementara Johnson janji voting darurat jam 10 pagi ET. FAA sudah restart 80 persen tower, dengan prioritas bandara besar seperti JFK dan LAX. Menteri Transportasi Pete Buttigieg bilang di briefing Sabtu: “Kami prioritaskan keselamatan, tapi ini pelajaran politik tak boleh ganggu publik.”
Upaya pemulihan fokus teknologi: sistem radar backup dari kontraktor swasta aktif, kurangi delay jadi 20 persen hari ini. Maskapai dapat bantuan federal untuk refund cepat, dan TSA perpanjang jam operasi untuk proses penumpang tersisa. Trump telepon Johnson dan Schumer untuk mediasi, harap kesepakatan sebelum malam. Analis bilang ini “shutdown terpendek sejarah” kalau lolos voting—cuma 36 jam. Tapi kalau gagal, pembatalan bisa capai 3 ribu Senin. Respon ini tunjukkan sistem AS tangguh, tapi juga rapuh: anggaran federal 6,5 triliun dolar tak boleh jadi senjata politik.
Kesimpulan
Krisis anggaran yang batalkan 1.400 penerbangan AS adalah tamparan politik yang tabrak kehidupan rakyat, dari kronologi Kongres yang macet hingga dampak penumpang yang terdampar. Respon cepat pemerintah beri harapan pulih, tapi ini ingatkan betapa vitalnya stabilitas federal. Dengan voting darurat Minggu, langit AS bisa cerah lagi—tapi pelajaran besar: politik tak boleh lumpuhkan roda ekonomi. Penumpang, sabar; Kongres, gerak cepat. Krisis ini selesai sebentar lagi, tapi bekasnya ingatkan: anggaran bukan permainan, tapi pondasi negara.