
60 Orang Tewas Usai Penyerangan Israel ke Gaza. Konflik Israel-Gaza yang berlangsung hampir dua tahun kembali memuncak akhir pekan ini, dengan serangan udara Israel ke Gaza City yang menewaskan setidaknya 60 warga Palestina. Serangan itu, yang menargetkan terowongan bawah tanah dan bangunan terperangkap milik Hamas, terjadi di tengah evakuasi massal ratusan ribu penduduk kota. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan korban termasuk perempuan, anak-anak, dan jurnalis lokal, sementara Israel klaim itu operasi presisi untuk hancurkan infrastruktur teroris. Di tengah tekanan internasional dari 10 negara yang akui Palestina merdeka, momen ini jadi pengingat betapa rapuhnya situasi di Jalur Gaza—dengan total korban sipil melewati 65.000 sejak Oktober 2023. Apa yang bikin serangan ini terus berlanjut, dan kapan akhirnya berhenti? Ini cerita tragis yang masih bergulir, di mana harapan gencatan senjata terasa jauh. BERITA BOLA
Apakah Israel Sampai Saat Kini Masih Menyerang Gaza
Ya, Israel masih terus menyerang Gaza hingga saat ini, dengan intensitas yang justru meningkat di pekan-pekan terakhir. Operasi darat dan udara di Gaza City, yang dimulai 16 September, melibatkan tiga divisi militer dan pemanggilan 60.000 cadangan tambahan—total lebih dari 80.000 tentara aktif di wilayah itu. Serangan terbaru pada 20 September menargetkan 850 sasaran, termasuk terowongan dan bangunan sipil yang diduga dipakai Hamas, hasilkan 60 korban tewas dalam sehari saja. IDF bilang ini “pembersihan terakhir” untuk cegah Hamas reorganisasi, tapi laporan lapangan tunjukkan dampak luas: evakuasi paksa 300.000 warga ke selatan, dan pemadaman listrik total di utara Gaza.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel tak pernah benar-benar berhenti—ada jeda singkat untuk gencatan senjata Januari 2025 yang gagal karena Hamas tolak bebaskan sandera. Hingga September ini, lebih dari 65.000 warga Palestina tewas, dengan 18.000 di antaranya anak-anak, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang diakui PBB. Israel klaim 70% korban adalah kombatan Hamas, tapi komisi PBB baru saja tuduh Israel lakukan genosida melalui serangan sistematis. Situasi masih panas: serangan udara harian, blokade bantuan, dan tembakan artileri dari perbatasan—bikin Gaza seperti zona perang abadi.
Kapan Israel Akan Stop Melakukan Penyerangan ke Gaza
Israel belum punya tanggal pasti untuk stop serangan, tapi pernyataan resmi IDF dan PM Benjamin Netanyahu tunjukkan operasi ini bisa berlangsung “selama berbulan-bulan” atau hingga tujuan strategis tercapai. Netanyahu bilang di pidato 18 September, “Kami tak akan berhenti sampai hancurkan Hamas sepenuhnya dan bebaskan 48 sandera tersisa.” Target utama: kuasai Gaza City sebagai “benteng terakhir” Hamas, dengan evakuasi wajib ke al-Mawasi selatan yang disebut zona aman—tapi zona itu sendiri sudah kena serangan sebelumnya, bunuh 9 orang termasuk 5 anak saat ambil air.
Prospek gencatan senjata tipis: Qatar, mediator utama, marah besar setelah serangan Israel ke pemimpin Hamas di Doha minggu lalu. 10 negara seperti Australia dan Kanada dorong pengakuan Palestina merdeka, tapi Israel tolak—fokus militer dulu. Komandan IDF Eyal Zamir sarankan Netanyahu kejar kesepakatan damai, tapi kabinet perang tolak. Estimasi: jika tak ada terobosan, serangan bisa lanjut sampai akhir 2025, mirip operasi Rafah 2024 yang tarik enam bulan. Tapi tekanan internal Israel—protes mingguan di Tel Aviv tuntut gencatan untuk sandera—bisa percepat akhir, meski Netanyahu anggap itu “pengkhianatan”.
Jika Penyerangan Masih Berlanjut, Apakah Angka Kematian Akan Terus Bertambah
Ya, jika penyerangan Israel berlanjut, angka kematian pasti terus bertambah, dengan proyeksi mencapai 70.000-80.000 korban sipil akhir tahun ini berdasarkan tren Kementerian Kesehatan Gaza. Sejak Oktober 2023, rata-rata 100-200 tewas per hari di puncak serangan, dan operasi Gaza City sekarang naikkan itu jadi 150 harian—termasuk 61 tewas 17 September saja. Lebih dari separuh korban wanita, anak, dan lansia, karena serangan pakai amunisi berat di zona padat penduduk.
Faktor pendorong: blokade total bikin kelaparan massal—PBB bilang 93.000 orang berisiko mati kelaparan Mei lalu, naik jadi 100.000 sekarang. Rumah sakit hancur, seperti Al-Nasser yang kena serangan, bikin luka tak tertangani. Komisi PBB tuduh Israel ciptakan kondisi genosida: serang situs budaya, sekolah, dan rumah sakit, plus potong oksigen pasien. Jika operasi darat Gaza City lanjut, evakuasi paksa bisa picu kematian lebih banyak dari kekacauan—seperti 13 tewas saat evakuasi 16 September. Tanpa gencatan, angka ini takkan turun; malah naik karena musim hujan picu penyakit di tenda pengungsian.
Kesimpulan: 60 Orang Tewas Usai Penyerangan Israel ke Gaza
Serangan Israel ke Gaza yang tewaskan 60 orang di Gaza City akhir pekan ini jadi babak baru tragedi yang sudah ambil 65.000 nyawa sejak 2023—masih berlanjut tanpa akhir terlihat, dorong kematian lebih banyak lagi. Dari evakuasi paksa hingga tuduhan genosida PBB, situasi ini butuh intervensi global segera, bukan cuma pengakuan negara. Israel klaim pertahanan diri, tapi harga sipil terlalu mahal. Di tengah protes dunia dan internal, harapan gencatan senjata tipis—tapi tekanan dari Qatar dan sekutu bisa ubah itu. Gaza butuh perdamaian sekarang; tanpa itu, korban terus bertambah, dan luka tak pernah sembuh.