
Portugal Resmi Sudah mengakui Negara Palestina. Dunia internasional kembali bergema dengan langkah diplomatik Portugal yang resmi mengakui negara Palestina sebagai entitas berdaulat pada 21 September 2025. Keputusan ini, yang diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Portugal, menandai momen bersejarah di tengah tekanan global atas krisis kemanusiaan di Gaza. Portugal bergabung dengan gelombang negara-negara Barat yang mendukung solusi dua negara, di mana Palestina diakui di perbatasan pra-Perang Enam Hari 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Langkah ini datang sehari sebelum konferensi tingkat tinggi di Majelis Umum PBB yang digagas Prancis dan Arab Saudi, di mana sembilan negara lain berencana ikut mengakui Palestina. Bagi Palestina, yang sudah diakui 147 negara anggota PBB, pengakuan ini seperti angin segar—meningkatkan legitimasi dan tekanan untuk negosiasi damai. Di tengah korban jiwa lebih dari 65.000 di Gaza sejak Oktober 2023, keputusan Portugal jadi simbol harapan, meski Israel sebut ini “hadiah untuk Hamas.” Apa yang mendorong Lisbon, dan implikasinya? Mari kita kupas fakta-fakta di balik langkah berani ini. BERITA VOLI
Apa yang Membuat Portugal Setuju Untuk Membantu Palestina
Portugal memutuskan mengakui Palestina setelah bulan-bulan diskusi intens dengan mitra Eropa dan tekanan domestik yang tak terelakkan. Pada Juli 2025, Perdana Menteri Luís Montenegro umumkan konsultasi dengan partai politik utama dan Presiden Marcelo Rebelo de Sousa, menekankan pendekatan hati-hati untuk posisi bersama Uni Eropa. Ini beda dengan Spanyol, Irlandia, dan Norwegia yang maju lebih dulu pada Mei 2024—Portugal ingin sinkronisasi regional untuk dampak maksimal.
Pemicu utama: eskalasi krisis Gaza sejak akhir Agustus 2025, termasuk operasi “Gideon’s Chariots II” Israel yang picu pengungsian 450.000 warga dan tuduhan genosida dari laporan PBB. Konferensi multilateral PBB pada 28-30 Juli 2025, inisiatif Prancis dan Arab Saudi, jadi katalisator—menyerukan akhir perang dan negara Palestina. Montenegro sebut “evolusi mengkhawatirkan konflik” dan ancaman aneksasi wilayah Palestina oleh Israel sebagai alasan utama. Secara domestik, demonstrasi pro-Palestina di Lisbon pada Juni 2025, dengan ribuan warga bawa bendera Palestina, tekan pemerintah. Pengakuan ini simbolis tapi strategis: Portugal, sebagai anggota PBB dan UE, harap dorong dialog dua negara, sambil jaga hubungan dengan Israel. Menteri Luar Negeri Paulo Rangel bilang di konferensi PBB 29 Juli, “Pengakuan ini langkah menuju perdamaian, bukan akhir.”
Selain Portugal, Negara Apa Saja Yang Sudah Mengakui Palestina: Portugal Resmi Sudah mengakui Negara Palestina
Pengakuan Palestina sudah luas, dengan 147 dari 193 negara anggota PBB mengakuinya per Maret 2025—sekitar 76 persen. Mayoritas dari Global South: hampir semua negara Arab (22 dari 22), Afrika (lebih dari 50), Asia (seperti China, India, Indonesia, Jepang), dan Amerika Latin (seperti Brasil, Meksiko, Argentina). Di Eropa, Spanyol, Swedia, Irlandia, Norwegia, Slovenia, Islandia, dan Malta sudah maju sejak 2014-2024. Rusia, China, dan India—kekuatan G20—juga pengakui lama.
Baru-baru ini, gelombang Barat bergabung: Prancis, Inggris, Kanada, Australia, dan Belgia rencanakan pengakuan di konferensi PBB 22 September 2025, bersyarat pada pembebasan sandera Israel dan reformasi Otoritas Palestina. Belanda dan Selandia Baru ikut diskusi. Di G20, sepuluh negara sudah akui (Argentina, Brasil, China, India, Indonesia, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki), plus Spanyol sebagai undangan tetap. Pengakuan ini tingkatkan status Palestina sebagai negara pengamat non-anggota PBB sejak 2012, dengan harapan keanggotaan penuh. Namun, AS, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan tetap tolak, dukung negosiasi langsung Israel-Palestina.
Apakah Semua Negara Ini Bisa Membantu Palestina Dalam Perperangan
Pengakuan diplomatik dari 147 negara beri Palestina legitimasi moral dan politik, tapi bantuan dalam perang melawan Israel terbatas—lebih ke dukungan simbolis dan ekonomi daripada militer. Negara-negara pengakui seperti China dan Rusia veto resolusi PBB pro-Israel, tekan sanksi, dan kirim bantuan kemanusiaan senilai miliaran dollar sejak 2023—misalnya, China bangun rumah sakit darurat di Gaza. Arab Saudi dan Qatar beri dana rekonstruksi, sementara Indonesia dan Turki blokir ekspor senjata ke Israel.
Tapi dalam perang aktif, bantuan tak langsung: UE (termasuk Spanyol, Irlandia) potong dana ke pemukiman Israel dan tingkatkan bantuan 1 miliar euro untuk Palestina, tapi tak kirim pasukan. Pengakuan Prancis dan Inggris bisa dorong embargo senjata UE, tapi AS—sekutu Israel—blokir itu. Di G20, India dan Brasil tekan dialog dua negara di forum global, tapi tak intervensi militer. Secara keseluruhan, pengakuan ini kuatkan posisi Palestina di meja negosiasi—mungkin percepat gencatan senjata—tapi perang Gaza butuh tekanan militer dari kekuatan seperti AS. Bagi Palestina, ini langkah maju, tapi bantuan nyata masih bergantung solidaritas ekonomi dan diplomatik, bukan senjata.
Kesimpulan: Portugal Resmi Sudah mengakui Negara Palestina
Pengakuan resmi Portugal terhadap Palestina pada 21 September 2025 jadi tonggak baru dalam upaya solusi dua negara, didorong krisis Gaza dan momentum global. Dengan 147 negara pengakui—dari Global South ke gelombang Barat baru—Palestina dapat legitimasi lebih kuat, meski bantuan perang terbatas pada dukungan diplomatik dan ekonomi. Ini tekanan bagi Israel untuk negosiasi, tapi tantangan tetap: gencatan senjata dan rekonstruksi Gaza. Bagi dunia, langkah Portugal ingatkan komitmen perdamaian—semoga jadi awal akhir konflik panjang. Palestina pantas negara berdaulat; saatnya aksi nyata.