
Australia Selidiki Jasad Warganya dari Bali Tanpa Jantung. Sydney, 23 September 2025 – Kasus misterius kematian seorang warga Australia di Bali kembali mencuri perhatian setelah jasadnya tiba di tanah air tanpa jantung, memicu investigasi mendalam oleh otoritas Queensland. Byron Haddow, pekerja FIFO berusia 23 tahun dari Noosa, ditemukan tewas di kolam pribadi vila pada 26 Mei lalu, dan keluarganya baru tahu soal organ hilang saat otopsi kedua di Brisbane. Keluarga Haddow, yang sudah curiga ada permainan kotor, tuntut jawaban dari pihak Bali atas prosedur otopsi yang dianggap tidak manusiawi. Konsulat Australia di Bali dan Kementerian Luar Negeri langsung campur tangan, hubungi rumah sakit setempat untuk klarifikasi. Kasus ini bukan cuma soal duka; ia soroti celah dalam proses repatriasi jenazah wisatawan asing, terutama di tengah lonjakan turis Australia ke Bali yang capai 1,5 juta tahun ini. Dengan investigasi koroner Queensland berjalan, publik tunggu kejelasan—apakah ini kelalaian medis atau ada yang lebih gelap? BERITA BOLA
Siapakah Nama Warga Australia Tersebut: Australia Selidiki Jasad Warganya dari Bali Tanpa Jantung
Byron Haddow adalah pemuda energik asal Noosa Heads, Queensland, yang bekerja sebagai pekerja FIFO (fly-in fly-out) di sektor pertambangan. Lahir pada 2002, Byron dikenal sebagai anak yang rajin dan petualang, sering bagikan foto liburannya di Instagram dengan caption penuh semangat. Ia baru selesai shift panjang di tambang dan pilih Bali sebagai destinasi relaksasi setelah berbulan-bulan kerja keras. Keluarganya, termasuk orang tua Robert dan Chantal Haddow, deskripsikan dia sebagai “anak baik hati yang selalu bantu orang lain.” Byron tiba di Bali pada 20 Mei 2025, menginap di vila mewah dekat Seminyak, dan rencana tinggal seminggu sebelum pulang.
Pagi 26 Mei, Byron ditemukan terapung tenggelam di kolam pribadi vila, dengan kedalaman cuma 1,5 meter—jauh di bawah tinggi badannya 1,78 meter. Polisi Bali segera datang, tapi keluarga curiga karena laporan awal bilang Byron mati karena tenggelam akibat alkohol dan obat antidepresan duloxetine. Tubuhnya penuh luka dan memar yang tak bisa dijelaskan, plus darah di handuk pembungkus. Keluarga tuntut otopsi forensik di Bali sebelum repatriasi, yang tunda proses empat minggu. Byron, yang tak punya riwayat kesehatan serius, jadi korban misterius ketiga warga Australia di Bali tahun ini—memicu kekhawatiran soal keselamatan turis.
Kenapa Jasad Tersebut Bisa Pulang ke Australia Tanpa Jantung
Jasad Byron Haddow tiba di Brisbane pada akhir Juni 2025 tanpa jantung setelah otopsi forensik di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar. Keluarga minta “seluruh tubuh” dikirim pulang via email ke pihak Bali, tapi dokter forensik Nola Margaret Gunawan bilang jantung diambil dan disimpan untuk tes lebih lanjut—praktik standar di Indonesia untuk kasus mencurigakan. Otopsi awal sebut kematian karena kombinasi alkohol berlebih dan duloxetine, tapi jantung dibedah untuk cek toksikologi mendalam.
Keluarga baru tahu saat otopsi kedua di Queensland dua hari sebelum pemakaman—jantung hilang, dan tak ada pemberitahuan sebelumnya. Chantal Haddow bilang: “Kami pikir bisa perpisahan tenang, tapi belajar jantung ditinggal di Bali tanpa sepengetahuan kami, itu kejam.” Jantung baru dikirim Agustus 2025 setelah tuntutan keluarga, dengan biaya tambahan $700. Gunawan bantah salah, sebut organ harus diprioritaskan untuk bukti forensik, tapi keluarga tuduh prosedur tak etis—tak ada persetujuan atau komunikasi dengan konsulat Australia. Kasus ini soroti perbedaan protokol repatriasi: di Australia, organ harus dikembalikan kecuali alasan medis kuat, sementara Bali sering simpan untuk investigasi panjang.
Apakah Pihak Kepolisian Australia Saat Ini Sedang Mencari Jantung Tersebut
Ya, Kepolisian Queensland dan Kantor Koroner aktif selidiki kasus Byron Haddow, termasuk lokasi jantung yang sempat hilang. Investigasi dibuka Juli 2025 setelah otopsi kedua konfirmasi jantung diambil tanpa prosedur standar, dan keluarga tuntut bukti forensik lengkap. Polisi hubungi polisi Bali untuk rekam otopsi Sanglah, tapi respons lambat—mereka baru tahu empat hari setelah kematian Byron, saat TKP sudah “terkontaminasi.” Koroner Queensland minta sampel jantung untuk tes ulang, dan itu tiba Agustus setelah tekanan diplomatik dari DFAT (Departemen Luar Negeri Australia).
Sekarang, tim forensik Brisbane analisis jantung untuk konfirmasi toksin dan kemungkinan trauma tersembunyi—luka Byron tak cocok dengan tenggelam sederhana. Polisi selidiki apakah ada kelalaian rumah sakit atau motif kriminal, dengan bantuan interpol. Chantal Haddow bilang: “Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi—jantung itu bukti.” Investigasi ini bagian dari review lebih luas soal repatriasi jenazah Australia di Bali, dengan 15 kasus serupa tahun ini. DFAT beri dukungan konsuler, tapi polisi bilang prioritas cari kebenaran, bukan sensasi.
Kesimpulan: Australia Selidiki Jasad Warganya dari Bali Tanpa Jantung
Kasus Byron Haddow jadi pengingat pilu soal risiko liburan di luar negeri, di mana prosedur medis asing bisa tambah duka keluarga. Dari kematian misterius di kolam Bali hingga jasad pulang tanpa jantung, investigasi Queensland ungkap celah etika yang butuh perbaikan bilateral. Keluarga Haddow layak dapat jawaban penuh, dan kasus ini dorong aturan repatriasi lebih ketat. Bagi wisatawan Australia, ini alarm: Bali indah, tapi siaga selalu. Semoga Byron istirahat tenang, dan kebenaran segera terungkap—untuknya, dan yang lain.