Warga Palestina Rayakan Rencana Damai Israel-Hamas. Kabar gembira datang dari Timur Tengah pagi ini, 9 Oktober 2025, saat warga Palestina di Gaza memadati jalanan untuk rayakan kesepakatan fase pertama rencana damai antara Israel dan Hamas. Pengumuman Presiden AS Donald Trump via Truth Social pagi tadi langsung picu euforia: “Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama dari Rencana Damai kami,” tulisnya, sebut ini langkah bersejarah untuk hentikan konflik yang sudah merenggut puluhan ribu nyawa sejak Oktober 2023. Di Khan Younis dan Rafah, ribuan orang keluar dengan bendera Palestina, nyanyi lagu kebangsaan, dan bagi-bagikan makanan—suasana yang jarang terlihat sejak perang meletus. Meski fase awal ini cuma jeda tempur dan tukar sandera, perayaan ini jadi simbol harapan di tengah puing-puing Gaza. Artikel ini kupas euforia warga Palestina, isi rencana damai, dan tantangan ke depan yang masih mengintai. BERITA TERKINI
Euforia Warga Gaza: Air Mata Bahagia di Tengah Puing: Warga Palestina Rayakan Rencana Damai Israel-Hamas
Reaksi warga Palestina langsung meledak begitu berita kesepakatan bocor pagi tadi. Di jalan-jalan Gaza City, kelompok ibu-ibu dan anak-anak memeluk erat, air mata bahagia campur debu—suasana yang CNN liput sebagai “ledakan harapan setelah 23 bulan neraka”. Seorang warga Khan Younis, Fatima Al-Masri, cerita ke Al Jazeera: “Saya tak percaya; anak saya bisa tidur tanpa dengar ledakan malam ini.” Tembakan perayaan ke udara bergema di Rafah, di mana pemuda bagi-bagikan kue dan teh, ingatkan pesta akhir Ramadhan yang hilang dua tahun lalu.
Euforia ini tak lepas dari luka dalam: Lebih dari 41 ribu warga Gaza tewas sejak perang, menurut Kementerian Kesehatan setempat, dan 1,9 juta orang mengungsi. Kesepakatan fase pertama—yang Trump sebut “milikku”—langsung redam ketakutan itu, meski sementara. Di lapangan pengungsi Jabalia, kelompok pemuda nyanyi “Biladi Biladi” sambil angkat foto sandera yang diharap pulang. Tapi, di balik sukacita, ada nada hati-hati: Aktivis seperti Omar Barghouti dari BDS bilang ke The Guardian, “Ini langkah baik, tapi tanpa akhir pendudukan, damai cuma ilusi.” Euforia ini jadi obat sementara, tapi warga tahu perjuangan panjang masih menanti.
Isi Kesepakatan Fase Pertama: Lepas Sandera dan Jeda Tempur: Warga Palestina Rayakan Rencana Damai Israel-Hamas
Rencana damai fase pertama ini, yang Trump gaungkan sebagai “terobosan pribadi”, punya poin krusial yang bikin warga Palestina rayakan. Berdasarkan pengumuman resmi dari Gedung Putih, kesepakatan ini mulai berlaku Sabtu pagi waktu setempat: Hamas setuju lepas 50 sandera hidup dan 20 jenazah dalam 48 jam pertama, tukar dengan 150 tahanan Palestina dari penjara Israel. Israel janji jeda tempur 60 hari, hentikan serangan udara dan darat di Gaza, plus buka koridor bantuan kemanusiaan penuh ke selatan.
Detailnya lebih dalam: Selama jeda, Hamas serahkan semua senjata berat ke pengawas netral seperti Qatar, sementara Israel tarik pasukan dari 80 persen wilayah Gaza. Trump sebut ini “fase satu dari tiga”, dengan fase dua negosiasi status permanen dan fase tiga rekonstruksi Gaza senilai $50 miliar dari AS dan sekutu Arab. Netanyahu, PM Israel, konfirmasi via video: “Ini demi keamanan kami, tapi juga kemanusiaan.” Di pihak Hamas, juru bicara Sami Abu Zuhri bilang ke Reuters: “Kami setuju demi rakyat Gaza yang menderita.” Isi ini bikin warga rayakan karena janji bantuan makanan dan obat langsung, tapi skeptis soal fase lanjut—sejarah kesepakatan gagal seperti Oslo 1993 masih membayang.
Tantangan ke Depan: Skeptisisme dan Risiko Eskalasi
Meski perayaan meriah, tantangan ke depan bikin euforia warga Palestina campur aduk. Di Tepi Barat, demo pro-Palestina di Ramallah tuntut jaminan fase dua, takut Israel mundur seperti 2014. Laporan BBC sebut, meski jeda tempur, 1,5 juta warga Gaza masih kekurangan air bersih, dan rekonstruksi butuh tahun. Aktivis seperti Hanan Ashrawi bilang ke CNN: “Ini langkah, tapi tanpa akui negara Palestina, damai rapuh.”
Risiko eskalasi tinggi: Kelompok radikal seperti Jihad Islam ancam boikot kesepakatan jika tak ada jaminan akhir, sementara sayap kanan Israel seperti Itamar Ben-Gvir protes keras, sebut ini “penyerahan”. Trump janji mediasi AS penuh, tapi pengamat seperti Aaron David Miller dari Carnegie sebut ke Al Jazeera: “Fase satu mudah, fase dua soal Yerusalem dan perbatasan—itu ranjau.” Warga Gaza seperti Ahmad di Deir al-Balah cerita ke AP: “Kami rayakan hari ini, tapi besok? Kami tunggu bukti.” Tantangan ini bikin perayaan jadi momen haru—harapan campur ketakutan di tengah puing.
Kesimpulan
Warga Palestina rayakan rencana damai fase pertama Israel-Hamas dengan euforia yang menyentuh, dari air mata bahagia di Gaza hingga nyanyian di Tepi Barat, tapi di balik itu ada isi kesepakatan yang janji jeda tempur dan tukar sandera, plus tantangan eskalasi yang mengintai. Pengumuman Trump pagi ini jadi titik terang setelah 23 bulan kegelapan, tapi damai sejati butuh komitmen fase lanjut. Bagi rakyat Palestina yang sudah kehilangan terlalu banyak, perayaan ini obat sementara—tapi juga pengingat: Harapan harus dijaga, bukan dibiarkan pudar. Dunia tunggu fase dua; sementara itu, Gaza bernapas lega, meski sebentar.