Trump Nilai Terlalu Cepat Beri Rudal Tomahawk ke Ukraina. Pada 17 Oktober 2025, mantan Presiden AS Donald Trump kembali jadi sorotan dengan pernyataan kontroversialnya soal bantuan militer ke Ukraina. Dalam pertemuan di Gedung Putih dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Trump sebut pemberian rudal jelajah Tomahawk jarak jauh ke Ukraina “terlalu cepat” dan berpotensi eskalasi konflik dengan Rusia. Pernyataan ini muncul saat Zelenskyy dorong AS percepat pengiriman senjata canggih untuk pertahanan melawan invasi Rusia yang memasuki tahun ketiga. Trump, yang kini kampanye untuk Pilpres 2026, tekankan pendekatan diplomasi: “Ancaman rudal sudah cukup bikin Putin pikir ulang—kita tak perlu buru-buru.” Di tengah perang yang klaim 500.000 nyawa, pernyataan ini tak hanya kritik kebijakan Biden, tapi juga sinyal strategi Trump jika kembali berkuasa. Langkah ini picu perdebatan global, dari Kyiv hingga Moskow, soal keseimbangan bantuan militer dan perdamaian. BERITA VOLI
Latar Belakang Pernyataan Trump: Dari Kampanye hingga Pertemuan Gedung Putih: Trump Nilai Terlalu Cepat Beri Rudal Tomahawk ke Ukraina
Pernyataan Trump lahir dari konteks politik panas Pilpres AS 2026, di mana ia janji akhiri perang Ukraina dalam “24 jam” jika terpilih lagi. Pertemuan dengan Zelenskyy kemarin, yang dijadwalkan sejak September, awalnya fokus apresiasi bantuan AS senilai 60 miliar USD tahun ini. Tapi, saat Zelenskyy minta Tomahawk—rudal presisi jarak 1.600 mil yang bisa serang target di Rusia—Trump balas dingin: “Itu terlalu cepat. Putin ingin akhiri ini, tapi rudal seperti itu bisa picu perang lebih besar.” Trump sebut ia sudah hubungi Putin dua minggu lalu, klaim pemimpin Rusia “siap negosiasi” jika AS kurangi bantuan senjata.
Latar ini tak lepas dari sejarah Trump: di masa jabatannya 2017-2021, ia beri bantuan mematikan ke Ukraina tapi tolak Javelin awalnya. Kini, ia gunakan isu ini kampanye, kritik Biden “terlalu lunak” tapi juga “provokatif”. Zelenskyy, yang terbang ke Washington pasca-serangan Rusia di Kyiv akhir pekan, harap dapat komitmen konkret—tapi Trump ulangi mantra: “Kita bisa pakai ancaman, bukan kirim langsung.” Pernyataan ini langsung viral, dengan 2 juta tweet dalam 24 jam, soroti perbedaan visi: Trump diplomasi cepat, Zelenskyy senjata sekarang.
Dampak Pernyataan Trump pada Kebijakan Bantuan AS: Trump Nilai Terlalu Cepat Beri Rudal Tomahawk ke Ukraina
Kritik Trump soal Tomahawk langsung ubah dinamika bantuan AS ke Ukraina, yang tahun ini capai 175 miliar USD secara total dari Barat. Rudal ini, produksi Lockheed Martin, bisa ubah permainan—Ukraina bisa serang gudang amunisi Rusia dari jarak aman tanpa pilot. Tapi Trump sebut: “Terlalu cepat berarti eskalasi—kita bisa pakai itu sebagai kartu tawar.” Pernyataan ini beri sinyal ke Kongres: dukung paket bantuan baru November, tapi tunda senjata ofensif hingga negosiasi. Analis seperti Michael Kofman dari Carnegie Endowment bilang ini bisa lambatkan pengiriman, picu kekurangan Ukraina di front timur.
Dampaknya luas: pasar obligasi Ukraina turun 2 persen kemarin, dan saham pertahanan AS naik 3 persen karena spekulasi tunda ekspor. Trump, yang janji kurangi bantuan jika Putin “deal”, tak tutup pintu total—ia sebut “mungkin kirim jika perlu, tapi diplomasi dulu.” Ini kontradiksi kebijakan Biden, yang beri ATACMS jarak 300 mil akhir 2024. Bagi Ukraina, yang kehilangan 30 persen wilayah, pernyataan ini tambah tekanan—Zelenskyy balas sopan: “Kami butuh alat untuk bertahan, bukan cuma kata.” Dampak jangka pendek: tunda Tomahawk bisa paksa Ukraina andalkan drone murah, kurangi efektivitas serangan.
Respons dari Pihak Ukraina, Rusia, dan Sekutu NATO
Respons Ukraina cepat tapi diplomatis: Zelenskyy tweet kemarin: “Terima kasih atas dukungan AS—kita diskusikan langkah selanjutnya untuk perdamaian adil.” Tapi di Kyiv, Menteri Pertahanan Rustem Umerov kritik privat: “Tomahawk bukan eskalasi, tapi hak bertahan.” Rusia, melalui Kremlin, sambut pernyataan Trump: juru bicara Dmitry Peskov sebut “realistis—AS akhirnya paham risiko perang nuklir.” Putin, yang klaim 70 persen Donbas, lihat ini peluang: “Siap dialog jika Barat henti kirim senjata.”
Sekutu NATO campur aduk: Jerman dan Prancis dukung Trump soal diplomasi, tapi Inggris dan Polandia kritik—PM Poland Donald Tusk sebut “terlalu cepat? Perang ini sudah tiga tahun, lambat justru bantu Rusia.” Uni Eropa, yang beri 50 miliar euro bantuan, rencana rapat darurat minggu depan untuk koordinasi. Respons ini soroti perpecahan Barat: Trump dorong isolasi Rusia, sementara Zelenskyy minta solidaritas. Secara keseluruhan, pernyataan ini tak ubah fakta lapangan—Ukraina lanjut serang drone—tapi tambah ketidakpastian di meja negosiasi.
Kesimpulan
Pernyataan Donald Trump soal “terlalu cepat” beri rudal Tomahawk ke Ukraina pada 17 Oktober 2025 jadi pukulan bagi Kyiv, tapi sinyal diplomasi yang mungkin percepat akhir konflik. Dari latar pertemuan Zelenskyy hingga dampak bantuan AS, plus respons campur Rusia dan NATO, ini tunjukkan perang Ukraina tak lagi soal senjata semata—ia soal keseimbangan kekuatan global. Trump, dengan visi “deal cepat”, mungkin bawa perdamaian, tapi risikonya eskalasi tetap ada. Bagi Ukraina, perjuangan lanjut—dari front hingga meja tawar. Dunia tunggu langkah selanjutnya: rudal atau ramah tangan? Satu hal pasti—perang ini tak punya jawaban mudah.