Siapakah Sosok Taipan Chen Zhi? Chen Zhi, taipan Kamboja keturunan China yang namanya melejit di dunia bisnis Asia Tenggara, kini jadi sorotan global setelah sanksi berat dari AS dan Inggris pada 14 Oktober 2025. Pria berusia 38 tahun ini, pendiri Prince Holding Group, dituduh sebagai dalang jaringan penipuan crypto senilai 14 miliar dolar AS yang manfaatkan kerja paksa ribuan korban dari berbagai negara. Sanksi dari Kementerian Keuangan AS label dia sebagai bagian organisasi kriminal transnasional, sementara Inggris blokir asetnya di London. Di tengah hiruk-pikuk ini, Chen Zhi tetap jadi figur misterius: dari pemuda miskin di China ke miliarder dekat elite Kamboja, tapi bayang skandal pencucian uang dan eksploitasi membuatnya kabur ke Dubai. Saat investigasi FBI dan Interpol berlanjut, pertanyaan besar bergema: siapa sebenarnya Chen Zhi, dan bagaimana ia bangun kerajaan yang kini runtuh? INFO CASINO
Latar Belakang: Dari Kemiskinan ke Kekuasaan di Kamboja: Siapakah Sosok Taipan Chen Zhi?
Chen Zhi lahir pada 1987 di kota kecil di provinsi Fujian, China, di keluarga petani sederhana. Masa kecilnya penuh perjuangan—ia tinggalkan sekolah pada usia 16 tahun untuk kerja pabrik, tapi ambisi besar bawa ia ke Phnom Penh pada 2006, saat berusia 19 tahun. Awalnya, ia mulai sebagai pekerja kasar di proyek konstruksi, tapi kecerdasan bisnisnya cepat terlihat: dalam tiga tahun, ia naik jadi manajer proyek untuk perusahaan properti kecil.
Pada 2011, Chen Zhi dirikan Prince Holding Group dengan modal pinjaman 50 ribu dolar—awalnya fokus real estate di Sihanoukville, kota pantai yang jadi pusat investasi China di Kamboja. Kesuksesan pertamanya datang dari pembangunan resor mewah di tepi Teluk Thailand, manfaatkan boom pariwisata pasca-pandemi. Hingga 2015, grupnya ekspansi ke perbankan dengan Prince Foundation Bank, tawarkan kredit murah untuk warga lokal. Chen Zhi cepat bangun jaringan: ia dekat dengan mantan PM Hun Sen, yang beri konsesi tanah luas untuk proyeknya. Pada 2020, kekayaan pribadinya capai 500 juta dolar, bikin ia masuk daftar miliarder muda Asia Tenggara. Latar ini tunjukkan perjalanan klasik: dari nol ke puncak, tapi dengan sentuhan politik yang bikin ia tak tergantikan di Kamboja.
Karier Bisnis: Kerajaan Properti dan Filantropi Ganda: Siapakah Sosok Taipan Chen Zhi?
Prince Holding Group di bawah Chen Zhi berkembang jadi raksasa dengan aset 2 miliar dolar pada 2024, dominasi properti, perhotelan, dan keuangan. Proyek unggulan seperti Oasis Bay Residence di Sihanoukville—kompleks apartemen mewah senilai 300 juta dolar—tarik investor China pasca-relaksasi visa Kamboja. Ia juga bangun Prince Foundation, yayasan filantropi yang beri beasiswa 10 ribu anak miskin sejak 2015, plus bantuan bencana banjir Mekong 2022 senilai 5 juta dolar. Chen Zhi sering tampil di media Kamboja sebagai “pahlawan rakyat,” foto bersama keluarga Hun Sen di acara amal.
Ekspansi ke crypto datang 2021: ia dirikan Prince Crypto Exchange, platform yang klaim dukung blockchain untuk remittance Asia Tenggara. Tapi di balik kilau, grupnya dituduh libatkan kasino ilegal di Sihanoukville, kota yang jadi sarang scam center Tiongkok. Pada 2023, Chen Zhi beli jet pribadi dan properti di Dubai senilai 50 juta dolar, langkah yang kini dicurigai sebagai pelarian aset. Karier ini campur sukses dan bayang: filantropi bangun citra baik, tapi ekspansi cepat picu tuduhan monopoli dan korupsi di parlemen Kamboja.
Kontroversi: Tuduhan Scam dan Sanksi Internasional
Puncak kontroversi Chen Zhi meledak Oktober 2025, saat AS tuduh ia dalang jaringan scam crypto yang curi 14 miliar dolar dari korban global. Jaksa AS klaim, Prince Group bangun “kompleks penipuan” di Sihanoukville dengan paksa ribuan pekerja asing—termasuk dari India dan Filipina—jalankan fraud call center dan pig butchering scheme. Keuntungan dicuci lewat properti grupnya, beli jet, dan investasi Dubai. Sanksi AS blokir aset Chen Zhi di bank AS, sementara Inggris label dia “teroris ekonomi” karena dukung jaringan Tiongkok.
Kamboja bereaksi campur: PM Hun Manet puji kontribusi Chen Zhi ke ekonomi, tapi janji investigasi internal. Interpol keluarkan red notice, tapi Chen Zhi dilaporkan aman di Dubai, di mana ia punya villa mewah. Tuduhan ini bukan baru: 2023, laporan OCCRP tuduh grupnya libatkan pencucian uang dari kasino ilegal, tapi Kamboja tutup mata karena investasi 1 miliar dolar ciptakan ribuan lapangan kerja. Kontroversi ini ubah citra: dari filantropis jadi buronan, picu demo di Phnom Penh tuntut transparansi.
Kesimpulan
Chen Zhi, taipan Kamboja keturunan China, adalah cerita campur sukses dan skandal: dari pemuda miskin jadi miliarder dengan Prince Holding Group, tapi kini buronan global karena tuduhan scam crypto 14 miliar dolar. Latar kemiskinan, karier properti-filantropi, dan kontroversi sanksi AS-Inggris tunjukkan ambisi yang berujung bayang gelap. Di Kamboja, ia tetap ikon investasi, tapi dunia tuntut keadilan untuk korban. Masa depan Chen Zhi kabur: apakah ia kembali sebagai pahlawan, atau lenyap seperti taipan lain? Saat investigasi berlanjut, kisahnya ingatkan: kekuasaan ekonomi punya harga, dan perdamaian datang dari transparansi.