Putra Mantan pemimpin Libya Dibebaskan Oleh Lebanon. Hannibal Gaddafi, putra termuda mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, akhirnya merasakan udara bebas setelah hampir satu dekade di balik jeruji Lebanon. Pada Senin, 10 November 2025, otoritas Lebanon membebaskannya setelah keluarga membayar jaminan sebesar 900 ribu dolar AS, menutup babak panjang penahanan yang dimulai sejak Desember 2015. Hannibal, yang kini berusia 50 tahun, keluar dari Rumah Tahanan Roumieh di pinggiran Beirut dengan wajah tenang, meski dilarang bepergian ke luar Lebanon untuk sementara. Kasus ini, yang berakar pada tuduhan keterlibatan penculikan dan pembunuhan seorang warga Libya, sempat jadi sorotan internasional karena nuansa politik pasca-revolusi Libya. Bebasnya Hannibal bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga sinyal kompleksitas hubungan diplomatik di Timur Tengah. Bagi pengamat, ini bisa buka pintu rekonsiliasi, atau justru picu ketegangan baru di kawasan yang rawan konflik. REVIEW KOMIK
Latar Belakang Penahanan yang Penuh Kontroversi: Putra Mantan pemimpin Libya Dibebaskan Oleh Lebanon
Hannibal Gaddafi ditangkap di Lebanon pada 28 Desember 2015, saat ia dan istrinya Aisha, putri Muammar Gaddafi, singgah di Beirut untuk liburan keluarga. Penahanan itu langsung jadi berita besar, karena Hannibal bukan sembarang figur—ia pernah jadi pejabat tinggi di era ayahnya, menjabat sebagai komandan pasukan khusus dan dikenal dengan gaya hidup mewah yang sering jadi bahan gosip. Tuduhan utama datang dari keluarga Muammar al-Madfi, seorang pengusaha Libya yang diculik dari mobilnya di Beirut pada 2015. Al-Madfi, yang katanya dekat dengan rezim Gaddafi lama, diduga diculik atas perintah Hannibal karena sengketa bisnis lama.
Investigasi Lebanon temukan bukti bahwa al-Madfi dibawa ke Libya, di mana ia dibunuh, dan jasadnya ditemukan di gurun dekat Tripoli pada 2016. Hannibal ditahan atas dasar surat perintah dari Interpol, tapi prosesnya lambat karena politik campur tangan. Libya pasca-Gaddafi, yang terpecah antara faksi-faksi, sempat minta ekstradisi, tapi Lebanon tolak karena alasan kemanusiaan dan kurangnya bukti kuat. Selama sembilan tahun sembilan bulan, Hannibal jalani hari-hari di penjara sambil ajukan banding berulang. Keluarganya, termasuk saudara-saudaranya yang tersebar di berbagai negara, galang dana dan lobi diplomatik untuk bebaskan dia. Ini bukan pertama kalinya keluarga Gaddafi hadapi nasib serupa; saudaranya, Saif al-Islam, juga pernah ditahan di Libya sebelum dibebaskan pada 2017. Penahanan Hannibal jadi simbol trauma era Gaddafi yang masih menghantui, di mana korban dan pelaku saling tuding.
Proses Hukum yang Panjang dan Keputusan Jaminan: Putra Mantan pemimpin Libya Dibebaskan Oleh Lebanon
Proses hukum Hannibal berliku-liku, penuh drama pengadilan dan negosiasi rahasia. Pada Oktober 2025, hakim Lebanon memutuskan bebaskan dia dengan jaminan 11 juta dolar AS, tapi pengacaranya, Bassam Shaheen, langsung ajukan banding untuk kurangi jumlah itu. Pekan lalu, pengadilan setuju turunkan jadi 900 ribu dolar, yang langsung dibayar keluarga melalui rekening bank di Beirut. Keputusan ini lahir dari pertimbangan bahwa Hannibal tak punya peran aktif di Libya sekarang, dan bukti keterlibatannya lebih ke tuduhan daripada fakta konkret. Otoritas Lebanon tekankan bahwa pembebasan ini murni hukum, bukan tekanan politik, meski ada laporan soal mediasi dari Qatar yang punya hubungan baik dengan kedua negara.
Saat dibebaskan, Hannibal tampak sehat meski kurus, ditemani pengacara dan kerabat. Ia langsung pindah ke apartemen aman di Beirut, di mana ia harus lapor mingguan ke polisi. Larangan bepergian ini sementara, sambil tunggu putusan akhir soal ekstradisi ke Libya—negara yang masih kacau dengan dua pemerintah saingan. Pengacara Shaheen bilang kliennya siap hadapi proses lebih lanjut, tapi prioritas sekarang adalah pemulihan fisik dan mental. Selama penahanan, Hannibal sempat alami isolasi, dan keluarganya klaim ia dapat perlakuan buruk, meski Lebanon bantah. Keputusan ini juga ikuti tren regional: Lebanon, yang hadapi krisis ekonomi parah, sering gunakan jaminan sebagai cara ringankan beban penjara yang penuh sesak. Bagi Hannibal, ini akhir dari mimpi buruk panjang, tapi awal babak baru di tanah asing.
Dampak Diplomatik bagi Libya dan Lebanon
Bebasnya Hannibal punya implikasi luas bagi hubungan Libya-Lebanon, yang selama ini tegang karena isu pengungsi dan korupsi era lama. Libya, yang masih pulih dari perang saudara sejak 2011, lihat ini sebagai peluang tebusan nama keluarga Gaddafi—simbol rezim diktator yang jatuh tragis. Faksi pemerintah di Tripoli, yang didukung PBB, sempat protes keras, tapi kini lebih fokus pada stabilisasi internal daripada kejar balik. Sementara itu, Lebanon untung secara finansial dari jaminan, tapi risikokan kritik dari keluarga al-Madfi yang tuntut keadilan penuh.
Secara regional, ini bisa dorong dialog antarnegara Arab. Qatar dan Turki, yang punya pengaruh di Libya, mungkin mediasi lebih lanjut untuk hindari eskalasi. Bagi Hannibal, masa depan tak pasti: ia mungkin pindah ke Turki atau Uni Emirat, di mana kerabatnya tinggal, tapi proses ekstradisi bisa tarik dia kembali. Pengamat bilang pembebasan ini tunjukkan bagaimana hukum internasional masih lemah di kawasan, di mana politik dan uang sering campur aduk. Di Lebanon, yang hadapi pemilu 2026, ini jadi poin plus bagi pemerintah untuk tunjukkan independensi yudisial. Secara keseluruhan, kasus ini ingatkan bahwa luka perang Gaddafi belum sembuh, dan perdamaian butuh kompromi dari semua pihak.
Kesimpulan
Pembebasan Hannibal Gaddafi dari penahanan Lebanon adalah momen penutup bagi saga keluarga yang pernah kuasai Libya dengan tangan besi. Setelah hampir 10 tahun berjuang, ia kini bebas dengan jaminan, tapi bayang masa lalu masih menyelimuti. Ini bukan akhir konflik, melainkan langkah hati-hati menuju rekonsiliasi di Timur Tengah yang rapuh. Bagi Libya, ini pengingat untuk fokus masa depan daripada balas dendam; bagi Lebanon, kesempatan bangun kepercayaan internasional. Hannibal, yang lahir di era kemewahan ayahnya, kini hadapi dunia baru yang penuh tantangan. Semoga kebebasan ini bawa kedamaian, bukan badai baru—karena di kawasan ini, setiap langkah salah bisa picu gelombang besar.