Hong Kong Sedang Bersedih Usai Kebakaran Apartemen. Hong Kong sedang berduka mendalam usai tragedi kebakaran dahsyat yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court di Tai Po pada 26 November 2025. Api yang berkobar cepat menelan tujuh dari delapan menara setinggi 31 lantai, menewaskan setidaknya 128 orang—termasuk seorang petugas pemadam—dan melukai 79 lainnya. Lebih dari 200 warga masih hilang, sementara ribuan penduduk mengungsi ke tempat penampungan sementara. Ini jadi bencana terburuk dalam sejarah modern kota itu, melebihi kebakaran Shek Kip Mei tahun 1953 yang menewaskan 59 jiwa. Kompleks yang rumah bagi 4.600 orang ini sedang direnovasi, dan penyelidikan awal tunjukkan penyumbat jendela dari styrofoam serta jaring bambu jadi pemicu penyebaran api. Pemerintah setempat deklarasikan hari berkabung nasional, sementara warga saling berbagi cerita pilu di media sosial. INFO CASINO
Penyebab Tragedi yang Masih Diselidiki: Hong Kong Sedang Bersedih Usai Kebakaran Apartemen
Api bermula sekitar pukul 14:51 waktu setempat dari sumber eksternal di salah satu menara, kemungkinan dari pekerjaan renovasi. Dalam hitungan menit, kobaran menyebar ke tujuh blok, didorong bahan mudah terbakar seperti styrofoam di jendela luar dan scaffolding bambu yang menyelimuti bangunan. Pejabat kebakaran bilang sistem alarm tak berfungsi semestinya, sementara suhu internal capai 200 derajat Celsius, bikin evakuasi sulit. Lebih dari 1.200 petugas dikerahkan, tapi runtuhan struktur hambat upaya penyelamatan. Hingga 28 November, operasi pencarian dihentikan setelah dua hari, dengan 16 mayat masih terperangkap di dalam. Tiga orang ditangkap terkait dugaan kelalaian kontraktor, dan Komisi Anti-Korupsi bentuk tim khusus selidiki kemungkinan korupsi dalam renovasi. Ini bukan kebakaran biasa—ia simbol kegagalan pengawasan keselamatan di kota padat yang sering renovasi gedung tua.
Respons Pemerintah dan Bantuan Internasional: Hong Kong Sedang Bersedih Usai Kebakaran Apartemen
Pemerintah Hong Kong gerak cepat tapi dihadang kritik. Dana dukungan sebesar HK$300 juta (sekitar US$38 juta) dibentuk untuk korban, sementara Otoritas Perumahan sediakan 2.000 unit sementara dan 1.400 unit transisi. Presiden China Xi Jinping alokasikan 2 juta yuan untuk Palang Merah, sementara 34 negara—termasuk AS, Inggris, dan Indonesia—kirim duka cita. Dua pekerja rumah tangga Indonesia tewas, dan pemerintah Jakarta kirim tim konsuler. Di tingkat lokal, mal Tai Po Mega Mall buka semalaman untuk air, makanan, dan pengisian daya. Artis Hong Kong seperti Andy Lau dan Jacky Cheung bagikan bantuan pribadi, sementara organisasi hewan selamatkan puluhan kucing dan anjing pengungsi. Pemilihan legislatif ditangguhkan, dan petisi online tuntut investigasi independen kumpul 6.200 tanda tangan dalam semalam. Menteri Keselamatan Publik bilang, “Kami prioritaskan identifikasi korban dan dukung keluarga.”
Dampak Emosional pada Masyarakat
Hong Kong, kota yang biasa tangguh hadapi badai dan protes, kini terkulai oleh duka kolektif. Ribuan warga berkumpul di depan kompleks yang masih berasap, bawa bunga dan lilin untuk korban—banyak lansia dan keluarga multigenerasi yang tinggal di apartemen kecil. Seorang suami berusia 71 tahun, Wong, berdiri basah kuyup di hujan deras sambil tunggu kabar istrinya yang terperangkap. “Saya tak ragu banyak lansia dan hewan peliharaan masih di sana,” katanya. Media sosial penuh cerita pilu: video saksi mata tunjukkan api melahap gedung dalam 30 menit, sementara forum diskusikan kegagalan sprinkler yang dirancang untuk api internal, bukan eksternal. Populasi lansia yang capai seperempat kota tambah tragis—banyak korban tak bisa evakuasi cepat. Para penyintas, seperti Ho yang apartemennya hancur, bilang, “Saya hancur, tapi harus bangkit untuk anak-anak.” Duka ini picu diskusi soal keselamatan renovasi, dengan tuntutan undang-undang bahan tahan api lebih ketat.
Kesimpulan
Kebakaran Wang Fuk Court tinggalkan luka dalam bagi Hong Kong, dengan 128 nyawa hilang dan ratusan keluarga tercerai-berai. Meski respons pemerintah cepat dengan dana dan tempat tinggal, kritik soal pengawasan renovasi dan alarm rusak tak bisa diabaikan. Ini tragedi yang bisa dicegah, tapi juga pengingat betapa rapuhnya kehidupan di kota padat. Saat identifikasi korban lanjut dan investigasi digelar, warga bersatu dalam duka—dari artis yang donasi hingga tetangga saling bantu. Hong Kong akan bangkit, tapi luka ini butuh waktu sembuh. Yang tersisa: tekad untuk perubahan, agar api seperti ini tak terulang. Di balik asap yang hilang, harapan rekonstruksi dan keselamatan lebih baik mulai terlihat.