
Gunung Es Antartika Menyemburkan Emas Seharga Rp 91 Juta. Antartika, benua paling dingin dan terpencil di Bumi, kembali mengejutkan dunia dengan fenomena alam yang luar biasa. Gunung Erebus, gunung berapi aktif tertinggi di Antartika, diketahui menyemburkan debu emas senilai sekitar Rp 91 juta setiap hari. Penemuan ini, yang diungkapkan melalui penelitian terbaru pada 2025, menambah daftar keajaiban geologis di wilayah yang dikenal dengan es abadinya. Meskipun emas ini tidak dapat ditambang secara ekonomis, fenomena ini memicu rasa kagum sekaligus pertanyaan tentang proses geologi yang unik di baliknya. Artikel ini akan membahas fakta terkini tentang Gunung Erebus, proses pembentukan debu emas, dampaknya, dan mengapa Antartika tetap menjadi laboratorium alami yang menarik perhatian ilmuwan global. BERITA BOLA
Fenomena Unik Gunung Erebus: Gunung Es Antartika Menyemburkan Emas Seharga Rp 91 Juta
Gunung Erebus, yang menjulang setinggi 3.794 meter di Pulau Ross, Antartika, adalah gunung berapi aktif paling selatan di Bumi. Berbeda dengan gunung berapi pada umumnya yang mengeluarkan lahar atau abu vulkanik, Erebus memiliki karakteristik luar biasa: menyemburkan kristal emas berukuran mikro (sekitar 20 mikrometer) ke atmosfer setiap hari. Menurut penelitian yang dikutip dari IFL Science pada Mei 2025, gunung ini menghasilkan sekitar 80 gram debu emas per hari, dengan nilai sekitar US$6.000 atau Rp 91 juta. Debu emas ini terdeteksi hingga 1.000 kilometer dari kawah, terbawa oleh gas vulkanik bersuhu lebih dari 1.000 derajat Celsius yang kemudian mengkristal di udara dingin Antartika.
Proses Geologis di Balik Debu Emas
Fenomena ini terjadi karena kondisi geologis unik di Gunung Erebus. Menurut Conor Bacon, ahli geofisika dari Columbia University, kombinasi suhu ekstrem dan aktivitas vulkanik menciptakan lingkungan yang memungkinkan logam mulia seperti emas menguap dan membentuk kristal kecil di udara. Proses ini melibatkan pelepasan gas vulkanik yang kaya akan mineral, termasuk emas, dari magma di dalam kawah. Ketika gas panas bertemu dengan udara dingin Antartika, partikel emas mengkristal dan tersebar oleh angin hingga ratusan kilometer. Meskipun jumlahnya signifikan secara nilai, debu emas ini terlalu halus dan tersebar untuk diekstraksi secara ekonomis, membuatnya lebih sebagai keajaiban ilmiah daripada sumber daya tambang.
Sejarah dan Signifikansi Gunung Erebus
Gunung Erebus pertama kali ditemukan oleh Kapten James Clark Ross pada 1841 dan sejak itu menjadi subjek penelitian intensif. Selain debu emas, gunung ini terkenal karena danau lava permanen di kawahnya, salah satu dari sedikit di dunia. Namun, Erebus juga memiliki sejarah kelam. Pada 28 November 1979, Penerbangan 901 Air New Zealand menabrak sisinya, menewaskan 257 penumpang dalam salah satu kecelakaan penerbangan terburuk di Antartika. Tragedi ini menambah aura misteri gunung ini, yang kini kembali menarik perhatian karena fenomena emasnya. Sebagai laboratorium alami, Erebus memberikan wawasan penting tentang proses vulkanik dan pembentukan mineral di lingkungan ekstrem.
Dampak dan Tantangan Eksploitasi: Gunung Es Antartika Menyemburkan Emas Seharga Rp 91 Juta
Meskipun menyemburkan emas senilai Rp 91 juta sehari, ekstraksi debu emas ini hampir mustahil. Partikelnya yang sangat kecil dan penyebarannya yang luas, ditambah dengan kondisi Antartika yang ekstrem—suhu hingga minus 50 derajat Celsius dan medan yang sulit—membuat penambangan tidak layak secara ekonomi. Selain itu, Antartika dilindungi oleh Perjanjian Antartika 1959, yang melarang aktivitas pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Fenomena ini lebih bernilai sebagai subjek penelitian untuk memahami proses geologi daripada sebagai sumber kekayaan. Ilmuwan berharap penemuan ini dapat membantu mempelajari pembentukan mineral logam mulia di wilayah vulkanik lainnya.
Reaksi Publik dan Sentimen Global
Berita tentang Gunung Erebus yang menyemburkan emas memicu reaksi beragam di media sosial. Sebuah unggahan di X pada 4 Juni 2025 oleh @detikcom menyebut fenomena ini “membuat ilmuwan tercengang,” sementara @Beritasatu pada 5 Juni 2025 mengutip candaan netizen: “Kalau di sini, dikeruk pejabat Konoha!”. Komentar-komentar ini mencerminkan kagum sekaligus humor terhadap fenomena yang sulit dimanfaatkan. Di kalangan ilmuwan, penemuan ini memperkuat minat untuk meneliti Antartika sebagai laboratorium geologi unik, sementara publik melihatnya sebagai pengingat akan keajaiban alam yang masih tersembunyi di planet ini.
Kesimpulan: Gunung Es Antartika Menyemburkan Emas Seharga Rp 91 Juta
Gunung Erebus di Antartika telah memukau dunia dengan kemampuannya menyemburkan debu emas senilai Rp 91 juta per hari, sebuah fenomena yang menggabungkan keajaiban geologi dengan daya tarik ekonomi. Meskipun tidak dapat dieksploitasi secara praktis, penemuan ini menegaskan kekayaan alam Antartika dan pentingnya melestarikan benua ini untuk penelitian ilmiah. Proses geologis unik di balik debu emas ini memberikan wawasan baru tentang aktivitas vulkanik, sementara tantangan lingkungan dan perjanjian internasional memastikan bahwa kekayaan ini tetap tak tersentuh. Gunung Erebus bukan hanya simbol keajaiban alam, tetapi juga pengingat akan kerapuhan lingkungan Antartika yang harus dijaga untuk generasi mendatang.