
Israel Menyerang Pesawat Jemaah Haji Yaman. Pada Rabu, 28 Mei 2025, sebuah insiden menggemparkan terjadi di Bandara Internasional Sana’a, Yaman, ketika serangan udara Israel menghancurkan pesawat milik Yemenia Airways yang dijadwalkan mengangkut jemaah haji ke Mekah, Arab Saudi. Kejadian ini memicu kecaman luas, ketegangan regional, dan pertanyaan tentang motif serta dampaknya terhadap warga sipil. Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah Sana’a, mengecam aksi ini sebagai “agresi Israel” terhadap infrastruktur sipil, sementara militer Israel menyatakan serangan menargetkan aset yang digunakan untuk aktivitas teroris. Peristiwa ini terjadi di tengah konflik yang meningkat antara Israel dan Houthi, dengan latar belakang perang Gaza dan serangan rudal Houthi ke Israel. Artikel ini mengulas kronologi, dampak, respons, dan kontroversi seputar serangan ini berdasarkan laporan terkini. berita bola
Kronologi Serangan
Insiden bermula pada 28 Mei 2025, ketika pesawat Airbus A320 milik Yemenia Airways, dengan nomor registrasi 7O-AFF, berada di landasan Bandara Internasional Sana’a, bersiap untuk penerbangan haji. Menurut laporan, pesawat ini akan membawa jemaah haji dari wilayah yang dikuasai Houthi ke Jeddah, Arab Saudi. Sekitar pukul 09.00 waktu setempat, jet tempur Israel melancarkan serangan udara, menghantam pesawat tersebut bersama landasan pacu, ruang keberangkatan, dan pangkalan militer di dekatnya. Media yang berafiliasi dengan Houthi, Al-Masirah TV, melaporkan asap hitam tebal membumbung dan api melalap pesawat. Ini bukan serangan pertama; pada 6 Mei 2025, Israel juga menyerang bandara ini, merusak enam pesawat dan landasan, meski bandara baru beroperasi kembali pada 17 Mei setelah perbaikan terbatas.
Alasan dan Klaim Israel: Israel Menyerang Pesawat Jemaah Haji Yaman
Militer Israel, melalui juru bicaranya, menyatakan serangan ini bagian dari “Operasi Golden Jewel” untuk menargetkan infrastruktur Houthi yang didukung Iran. Mereka mengklaim pesawat di bandara “digunakan oleh organisasi teroris Houthi untuk mengangkut militan yang merencanakan serangan terhadap Israel.” Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa “pesawat terakhir yang digunakan Houthi telah dihancurkan,” dan memperingatkan serangan lanjutan terhadap bandara Sana’a serta pelabuhan Yaman jika ancaman berlanjut. Israel menghubungkan operasi ini dengan serangan rudal Houthi pada 4 Mei 2025, yang mendarat dekat Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, sebagai balasan atas konflik Gaza yang dimulai sejak Oktober 2023.
Dampak pada Jemaah dan Infrastruktur
Serangan ini menghancurkan pesawat terakhir Yemenia Airways yang beroperasi dari Sana’a, menurut Direktur Jenderal Bandara, Khaled al-Shaief, yang mengunggah video kerusakan di media sosial. Untungnya, tidak ada korban jiwa dilaporkan karena pesawat belum diisi penumpang, meski Yemenia menyatakan pesawat itu “baru saja akan menaiki jemaah.” Bandara Sana’a, jalur vital bagi 20 juta warga di wilayah Houthi, kini lumpuh total, dengan penerbangan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Ini mengganggu akses ke perawatan medis, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Kerugian material diperkirakan besar, memperparah krisis di Yaman, yang sudah dilanda perang saudara dan blokade.
Respons dan Kecaman: Israel Menyerang Pesawat Jemaah Haji Yaman
Kelompok Houthi mengecam serangan ini sebagai “agresi Israel” yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur. Al-Masirah TV melaporkan insiden ini sebagai bukti “penggunaan sinis infrastruktur sipil” oleh Israel. Yemenia Airways menyesalkan serangan “pengecut” tepat sebelum penerbangan haji, menyoroti dampak pada jemaah. Komunitas internasional bereaksi beragam: beberapa pihak meminta penyelidikan, sementara yang lain menyoroti eskalasi konflik. Houthi bersumpah melanjutkan serangan ke Israel sebagai solidaritas dengan Palestina di Gaza, meski telah menyetujui gencatan senjata dengan AS—yang tidak mencakup Israel—dibrokeri Oman pada Mei 2025. Reaksi di media sosial, termasuk di X, mencerminkan kemarahan, dengan banyak warga mengecam aksi ini sebagai “biadab.”
Kontroversi dan Implikasi
Serangan ini memicu kontroversi besar. Houthi dan pendukungnya menuduh Israel sengaja menyerang jemaah haji, menganggapnya sebagai pelanggaran kemanusiaan. Sebaliknya, Israel bersikeras targetnya adalah aset militer, bukan sipil, dan menuduh Houthi menyalahgunakan bandara untuk tujuan teroris. Namun, lumpuhnya bandara Sana’a memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman, di mana pelabuhan Hodeidah—sasaran serangan Israel sebelumnya—menyokong 80% impor pangan. Analis khawatir eskalasi ini dapat memperluas konflik regional, melibatkan Iran, Houthi, dan pihak lain dalam “Poros Perlawanan.” Ketegangan meningkat sejak perang Gaza 2023, dengan Houthi meluncurkan rudal dan drone ke Israel serta kapal di Laut Merah.
Kesimpulan: Israel Menyerang Pesawat Jemaah Haji Yaman
Serangan udara Israel pada 28 Mei 2025 di Bandara Sana’a, yang menghancurkan pesawat jemaah haji Yaman, telah memicu guncangan global. Meski tanpa korban jiwa, insiden ini melumpuhkan bandara vital, mengganggu rencana haji, dan memperdalam krisis di Yaman. Israel mengklaim menargetkan aset Houthi, sementara kelompok itu dan banyak pihak mengecamnya sebagai serangan terhadap sipil. Di tengah eskalasi konflik regional, peristiwa ini menyoroti kompleksitas ketegangan antara Israel, Houthi, dan aktor lain di Timur Tengah. Penyelidikan mendalam dan langkah de-eskalasi diperlukan untuk mencegah dampak kemanusiaan yang lebih parah dan menjaga stabilitas kawasan.