Jerman Menangkap Hamas Pembuat Rencana Penyerangan. Pada 13 November 2025, otoritas Jerman kembali mengguncang dunia dengan penangkapan seorang tersangka anggota jaringan Hamas yang diduga menyediakan senjata untuk rencana serangan di Eropa. Penangkapan ini melanjutkan operasi besar-besaran yang dimulai sebulan lalu, di mana tiga pria lainnya sudah ditahan atas tuduhan merencanakan aksi kekerasan terhadap institusi Yahudi dan Israel. Jaksa federal Jerman menyebut tersangka terbaru ini sebagai bagian dari sel teroris yang membeli senjata api dan bahan peledak untuk target di wilayah Jerman. Langkah cepat ini datang di tengah kekhawatiran global akan eskalasi ancaman pasca-konflik Timur Tengah, menunjukkan komitmen Berlin untuk mencegah serangan di tanah Eropa. Apakah ini akhir dari jaringan bawah tanah, atau hanya puncak gunung es? REVIEW KOMIK
Latar Belakang Ancaman Hamas di Eropa: Jerman Menangkap Hamas Pembuat Rencana Penyerangan
Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, Eropa menjadi ladang subur bagi aktivitas sel teroris yang terinspirasi kelompok itu. Jerman, dengan komunitas Yahudi terbesar di Eropa sekitar 100 ribu jiwa, sering jadi sasaran potensial. Laporan intelijen menunjukkan peningkatan komunikasi radikal melalui media sosial dan jaringan diaspora, yang memicu rencana serangan sporadis. Tahun ini saja, polisi Eropa sudah membongkar beberapa plot serupa di Prancis dan Belanda, tapi kasus Jerman paling menonjol karena skala persiapannya.
Penangkapan awal pada 1 Oktober melibatkan dua warga Jerman berusia 28 dan 35 tahun, serta seorang Lebanon berusia 28 tahun. Mereka dituduh bergabung dengan Hamas sejak 2017 dan menerima perintah dari pemimpin di luar negeri untuk “melakukan serangan bersenjata terhadap institusi Yahudi dan Israel.” Jaksa memperkirakan mereka telah mengumpulkan dana melalui donasi palsu dan membeli senjata secara gelap. Ini bukan insiden terisolasi; sejak 2023, Jerman mencatat lonjakan 30 persen dalam laporan ancaman antisemitik, dengan Hamas disebut sebagai pendorong utama. Pemerintah Berlin, di bawah Kanselir Olaf Scholz, telah meningkatkan anggaran keamanan sebesar 20 persen untuk melawan radikalisasi, tapi tantangan tetap besar di tengah imigrasi dan ketegangan geopolitik.
Detail Operasi Penangkapan dan Bukti yang Diungkap: Jerman Menangkap Hamas Pembuat Rencana Penyerangan
Operasi penangkapan terbaru, yang dikoordinasikan oleh Badan Kejahatan Federal Jerman, dimulai dari pengawasan digital yang intensif. Tersangka keempat, seorang pria Lebanon berusia 30-an, ditangkap di Berlin setelah petunjuk dari rekaman telepon dan transaksi keuangan mencurigakan. Polisi menyita enam senjata api, termasuk pistol dan senapan otomatis, plus bahan kimia untuk bom rakitan dari gudang rahasia di pinggiran kota. Bukti lain termasuk dokumen perencanaan yang menyebut target spesifik seperti sinagoge di Berlin dan acara budaya Yahudi di Munich.
Dalam pengadilan awal, hakim memerintahkan penahanan pra-sidang untuk ketiga tersangka pertama, dengan alasan risiko pelarian tinggi dan bahaya berulang. Mereka didakwa atas keanggotaan organisasi teroris dan persiapan kejahatan kekerasan, yang bisa dihukum hingga 15 tahun penjara. Penyelidikan juga mengungkap koneksi lintas batas: seorang warga Inggris berusia 39 tahun ditangkap di London atas surat perintah Jerman, diduga menyimpan senjata di Wina untuk kelompok yang sama. Koordinasi dengan Interpol memastikan alur senjata dari Timur Tengah terputus, meski jaksa mengakui jaringan ini lebih luas dari yang terlihat. Operasi ini melibatkan ratusan petugas, menunjukkan skala ancaman yang serius.
Reaksi Pemerintah, Komunitas, dan Implikasi Regional
Reaksi dari pemerintah Jerman tegas dan cepat. Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser menyebut penangkapan ini “kemenangan penting melawan terorisme Islamis,” sambil menjanjikan peningkatan pengawasan terhadap masjid radikal dan platform online. Komunitas Yahudi Jerman, melalui Dewan Pusat Yahudi, menyambut baik langkah ini tapi memperingatkan perlunya dialog antar-komunitas untuk mencegah kebencian menyebar. “Kami merasa lebih aman hari ini, tapi trauma 7 Oktober masih segar,” kata seorang juru bicara.
Di tingkat Eropa, Uni Eropa mendukung Jerman dengan berbagi intelijen, sementara Israel memuji Berlin atas “kepemimpinan dalam perang melawan Hamas global.” Namun, kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International meminta transparansi agar penangkapan tidak menyasar warga Muslim biasa. Implikasi regional jelas: ini bisa mendorong negara-negara seperti Swedia dan Austria untuk mengintensifkan razia serupa, tapi juga berisiko memicu polarisasi sosial. Di Jerman sendiri, dukungan publik untuk kebijakan anti-teror naik 15 poin survei, meski kritik dari sayap kiri menyebutnya berlebihan.
Kesimpulan
Penangkapan empat tersangka Hamas di Jerman menandai babak baru dalam perjuangan Eropa melawan jaringan teroris pasca-2023. Dengan senjata disita dan plot tergagalkan, Berlin berhasil mencegah tragedi potensial yang bisa merenggut nyawa tak bersalah. Namun, ini juga mengingatkan betapa rapuhnya keamanan di tengah konflik global yang berkepanjangan. Pemerintah harus menyeimbangkan penegakan hukum dengan upaya pencegahan radikalisasi, agar ancaman seperti ini tidak bangkit kembali. Bagi warga Jerman dan komunitas Yahudi, janji keamanan hari ini adalah langkah maju, tapi perjalanan menuju perdamaian sejati masih panjang. Hanya dengan kerjasama internasional dan kesadaran kolektif, Eropa bisa menjaga harmoni di bawah bayang-bayang teror.