
Kandidat Capres Kolombia Ditembak Saat Berpidato. Dunia politik Kolombia diguncang oleh insiden tragis pada Sabtu, 7 Juni 2025, ketika Miguel Uribe Turbay, kandidat presiden untuk pemilu 2026, ditembak saat berpidato di sebuah taman di distrik Fontibon, Bogota. Senator berusia 39 tahun dari Partai Centro Democrático ini mengalami luka kritis akibat tiga tembakan, dua di antaranya mengenai kepala. Peristiwa ini memicu kecaman luas dari pemerintah, tokoh internasional, dan masyarakat, yang melihatnya sebagai ancaman terhadap demokrasi Kolombia. Hingga 8 Juni 2025, Uribe masih berjuang untuk hidupnya di rumah sakit, sementara polisi menahan seorang tersangka remaja berusia 15 tahun. Artikel ini mengulas kronologi kejadian, latar belakang Uribe, reaksi publik, dan implikasi politik dari serangan ini. BERITA BOLA
Kronologi Penembakan: Kandidat Capres Kolombia Ditembak Saat Berpidato
Insiden terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat, saat Uribe sedang menyampaikan pidato kampanye di hadapan pendukungnya di Fontibon, Bogota. Tiba-tiba, tembakan dilepaskan, mengenai kepala dan lutut Uribe. Rekaman video yang beredar menunjukkan kepanikan massa, dengan warga berlarian mencari perlindungan. Uribe terkulai di atas kap mobil putih, berlumur darah, sementara tim medis berupaya memberikan pertolongan pertama. Ia segera dilarikan ke Klinik Santa Fe, di mana ia menjalani operasi saraf dan vaskular. Menurut laporan medis, kondisinya kritis, dengan istri Uribe, Maria Claudia Tarazona, meminta doa untuk keselamatannya. Polisi menangkap seorang remaja berusia 15 tahun di lokasi, yang juga terluka dalam konfrontasi dengan petugas. Motif penembakan masih diselidiki.
Latar Belakang Miguel Uribe Turbay
Miguel Uribe adalah figur politik terkemuka dari keluarga berpengaruh di Kolombia. Ia adalah cucu mantan Presiden Julio César Turbay Ayala (1978-1982) dan putra Diana Turbay, jurnalis ternama yang diculik dan dibunuh oleh kartel Medellín pimpinan Pablo Escobar pada 1991. Sebagai senator sejak 2022, Uribe dikenal sebagai kritikus keras pemerintahan Presiden Gustavo Petro, dengan fokus pada isu keamanan dan investasi asing. Ia mendeklarasikan pencalonannya untuk pemilu 2026 pada Oktober 2024 di lokasi pembunuhan ibunya, menekankan pengampunan dan perjuangan untuk Kolombia yang lebih aman. Meski belum resmi menjadi kandidat utama Centro Democrático, popularitasnya menjadikannya tokoh potensial dalam politik sayap kanan.
Reaksi Pemerintah dan Internasional
Presiden Gustavo Petro dengan tegas mengutuk serangan ini, menyebutnya sebagai “tindakan kekerasan terhadap demokrasi” dan menyampaikan simpati kepada keluarga Uribe. Dalam pesan video, Petro menegaskan pentingnya menjaga nyawa Uribe dan menyebut pelaku sebagai “sampah kemanusiaan.” Menteri Pertahanan Pedro Sanchez mengunjungi rumah sakit dan menjanjikan penyelidikan menyeluruh, dengan hadiah 725.000 dolar AS untuk informasi terkait kasus ini. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga mengecam insiden tersebut, namun menyalahkan “retorika keras” pemerintahan Petro sebagai pemicu ketegangan politik. Wali Kota Bogota, Carlos Galán, memastikan rumah sakit siaga penuh, sementara pendukung Uribe berkumpul di luar Klinik Santa Fe, berdoa dan menyalakan lilin.
Konteks Kekerasan Politik di Kolombia: Kandidat Capres Kolombia Ditembak Saat Berpidato
Penembakan ini mengingatkan pada sejarah kelam kekerasan politik di Kolombia, yang selama dekade terakhir dipengaruhi oleh kartel narkoba, kelompok gerilya, dan paramiliter. Pembunuhan kandidat presiden Luis Carlos Galan pada 1989 oleh kartel Medellín adalah salah satu contoh tragis. Meski Kolombia telah mencapai kemajuan melalui perjanjian damai 2016 dengan FARC, ancaman dari kelompok kriminal seperti Clan del Golfo tetap ada. Insiden serupa di Ekuador, seperti pembunuhan kandidat presiden Fernando Villavicencio pada 2023, menunjukkan bahwa kekerasan politik masih menjadi tantangan di Amerika Latin. Penembakan Uribe menimbulkan kekhawatiran bahwa Kolombia bisa kembali ke era ketidakstabilan menjelang pemilu 2026.
Implikasi untuk Demokrasi Kolombia
Serangan terhadap Uribe memicu debat tentang keamanan tokoh politik dan kebebasan berekspresi di Kolombia. Centro Democrático menyebut insiden ini sebagai “ancaman terhadap demokrasi,” menuntut perlindungan maksimal bagi kandidat pemilu. Beberapa analis melihat serangan ini sebagai indikasi polarisasi politik antara sayap kiri Petro dan oposisi sayap kanan, yang dapat memanaskan iklim pemilu. Pemerintah dihadapkan pada tekanan untuk memperketat keamanan tanpa membatasi kampanye publik. Kasus ini juga menyoroti peran kartel dan kelompok kriminal, meski belum ada bukti keterlibatan mereka dalam insiden ini. Masyarakat Kolombia, yang masih trauma dengan kekerasan masa lalu, kini menanti keadilan dan stabilitas.
Kesimpulan: Kandidat Capres Kolombia Ditembak Saat Berpidato
Penembakan Miguel Uribe Turbay pada 7 Juni 2025 telah mengguncang Kolombia, menghidupkan kembali kenangan kelam kekerasan politik. Dengan kondisi kritis di rumah sakit dan seorang tersangka remaja ditahan, insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang motif dan keamanan demokrasi Kolombia. Kecaman dari Presiden Petro, tokoh internasional, dan masyarakat mencerminkan urgensi untuk melindungi proses politik menjelang pemilu 2026. Sebagai putra dan cucu tokoh berpengaruh, Uribe mewakili harapan bagi banyak pendukungnya, namun serangan ini menggarisbawahi tantangan Kolombia dalam mengatasi polarisasi dan ancaman kriminal. Hingga 8 Juni 2025, nasib Uribe dan implikasi politik kasus ini tetap menjadi fokus perhatian dunia, dengan harapan agar keadilan ditegakkan dan demokrasi terjaga.