
Serangan dari Israel Tewaskan 60 Orang di Gaza. Serangan udara Israel di Jalur Gaza kembali memakan korban jiwa, dengan sedikitnya 60 orang tewas dalam serangan terpisah terhadap sebuah restoran dan sekolah di Kota Gaza pada 14 Mei 2025. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Hamas membebaskan satu-satunya sandera Amerika Serikat-Israel yang masih hidup, Edan Alexander, menambah ketegangan di wilayah yang sudah dilanda konflik berkepanjangan. Militer Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan pemimpin Hamas, Mohammed Sinwar, namun dampaknya terhadap warga sipil sangat besar, dengan banyak korban perempuan dan anak-anak. Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah, dengan blokade ketat yang menyebabkan kekurangan makanan dan bahan bakar. BERITA LAINNYA
Konflik ini, yang telah berlangsung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, terus menarik perhatian dunia, termasuk Indonesia, di mana netizen menyuarakan simpati dan kemarahan atas situasi di Gaza. Dengan korban tewas yang terus bertambah, pertanyaan besar kini adalah apa yang memicu serangan ini, bagaimana respons Gaza, dan bagaimana pandangan masyarakat Indonesia terhadap tragedi ini.
Apa Yang Membuat Israel Menyerang Gaza
Serangan Israel pada 14 Mei 2025 dipicu oleh klaim bahwa mereka menargetkan pemimpin senior Hamas, Mohammed Sinwar, yang dianggap sebagai penerus saudaranya, Yahya Sinwar, yang tewas pada Oktober sebelumnya. Militer Israel menyatakan bahwa operasi ini merupakan bagian dari upaya untuk “melenyapkan teroris” dan menghancurkan infrastruktur Hamas di Gaza. Serangan tersebut menyasar lokasi ramai seperti restoran dan sekolah, yang menurut Israel digunakan sebagai markas operasional Hamas. Konflik ini berakar dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera lebih dari 250 orang, memicu operasi militer besar-besaran Israel di Gaza. Sejak itu, Israel terus melancarkan serangan udara dan darat, dengan alasan untuk melenyapkan Hamas dan membebaskan sandera yang tersisa. Namun, serangan ini sering kali menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar, memicu tuduhan pelanggaran hukum internasional.
Apakah Gaza Akan Membalas Serangan Tersebut
Meski berada dalam tekanan militer dan blokade ketat, Hamas dan kelompok militan lain di Gaza memiliki sejarah panjang dalam membalas serangan Israel. Setelah serangan 14 Mei, Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengecam Israel atas “kejahatan brutal” dan berjanji untuk terus melawan. Namun, kemampuan Gaza untuk membalas secara signifikan terbatas karena blokade Israel sejak Maret 2025 telah menghentikan pasokan bahan bakar, makanan, dan bantuan kemanusiaan. Dengan infrastruktur yang hancur dan lebih dari 70% bangunan di Gaza rusak, Hamas kemungkinan akan mengandalkan serangan roket terbatas atau taktik gerilya. Pada November 2023, kelompok militan Palestina sempat melancarkan serangan roket ke perbatasan Israel, meski dampaknya minim. Dengan situasi kemanusiaan yang kian memburuk, fokus Gaza saat ini tampaknya lebih kepada bertahan hidup ketimbang melancarkan serangan balasan besar-besaran.
Ungkapan Hati Netizen Indonesia Atas Adanya Serangan Ini
Di Indonesia, serangan Israel di Gaza memicu gelombang reaksi emosional di media sosial. Netizen Indonesia, yang mayoritas menunjukkan solidaritas terhadap Palestina, mengungkapkan kemarahan dan kesedihan atas kematian warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan. Banyak yang menggunakan tagar seperti #SavePalestine dan #StopGenocide untuk menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan. Beberapa pengguna media sosial menyoroti penderitaan warga Gaza yang kekurangan makanan dan tempat tinggal, dengan komentar seperti, “Hati hancur lihat anak-anak jadi korban, dunia kok diam saja?” Ada pula yang menyerukan boikot terhadap produk-produk yang dianggap mendukung Israel. Meski begitu, sebagian kecil netizen mengajak untuk melihat konflik secara objektif, mengakui kompleksitas situasi tanpa mengurangi empati terhadap korban sipil. Diskusi ini mencerminkan solidaritas kuat masyarakat Indonesia terhadap Palestina, sejalan dengan sikap resmi pemerintah yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.
Kesimpulan: Serangan dari Israel Tewaskan 60 Orang di Gaza
Serangan Israel di Gaza pada 14 Mei 2025, yang menewaskan 60 orang, kembali menyoroti eskalasi konflik yang tak kunjung usai dan krisis kemanusiaan yang kian parah. Meski Israel mengklaim menargetkan pemimpin Hamas, dampak terhadap warga sipil memperburuk situasi di Gaza, yang sudah porak-poranda akibat blokade dan perang berkepanjangan. Hamas mungkin akan membalas, tetapi keterbatasan sumber daya membuat mereka fokus pada bertahan hidup. Di Indonesia, netizen menunjukkan solidaritas besar terhadap Palestina, mencerminkan kepedulian mendalam terhadap penderitaan warga Gaza. Tragedi ini menjadi pengingat akan perlunya solusi damai untuk mengakhiri siklus kekerasan, serta urgensi bantuan internasional untuk meringankan krisis kemanusiaan di Gaza.