Tuntutan Para Massa Demo “No Kings” Trump. Pada 18 Oktober 2025, gelombang demonstrasi “No Kings” yang melibatkan puluhan ribu massa di 25 kota besar Amerika Serikat semakin memanas, dengan tuntutan utama yang menargetkan mantan Presiden Donald Trump dan pengaruhnya di politik nasional. Aksi ini, yang dimulai di Washington DC dengan 40 ribu peserta dan menyebar ke New York, Los Angeles, Chicago, dan Atlanta, menuntut transparansi donasi kampanye, batas usia presiden maksimal 75 tahun, dan reformasi etika untuk mencegah “monarki politik”. Spanduk bertuliskan “No Kings, Only Democracy” dan slogan seperti “Trump = King of Corruption” jadi simbol gerakan yang dipicu laporan investigasi tentang 50 juta dolar donasi misterius ke PAC Trump untuk kampanye 2028. Demo ini damai secara keseluruhan, dengan hanya 20 penangkapan di seluruh AS karena pelanggaran kecil, tapi menunjukkan polarisasi mendalam di tengah pemilu presiden 2028 yang sudah mulai panas. Tuntutan massa bukan sekadar protes—ia panggilan reformasi sistem yang dianggap dimonopoli oleh Trump dan sekutunya, dengan 45 persen peserta berusia di bawah 35 tahun, menurut survei Gallup awal aksi. REVIEW FILM
Tuntutan Utama: Transparansi Donasi dan Batas Usia Presiden: Tuntutan Para Massa Demo “No Kings” Trump
Tuntutan para massa demo “No Kings” fokus pada transparansi donasi kampanye, dengan tuntutan utama agar Federal Election Commission (FEC) wajibkan disclosure donor anonim dalam 24 jam, bukan 60 hari seperti sekarang. Massa sebut donasi 50 juta dolar ke Trump PAC sebagai “pembelian pengaruh”, menuntut audit independen dan batas donasi individu 5 ribu dolar per siklus, turun dari 3.300 dolar saat ini. Di DC, 25 ribu peserta kumpul di National Mall dengan petisi 500 ribu tanda tangan, diserahkan ke Kongres, tuntut reformasi etika untuk cegah konflik kepentingan seperti kasus Trump dengan bisnis golf resornya.
Tuntutan kedua adalah batas usia presiden 75 tahun, diilhami usia Trump 79 tahun, dengan argumen “generasi tua tak paham tantangan digital dan iklim”. Massa tuntut amandemen konstitusi untuk cap usia, mirip proposal Senat Demokrat 2024, dengan 60 persen dukungan publik menurut Pew Research. Di New York, 15 ribu peserta blokir Broadway, tuntut Trump mundur dari kampanye 2028 karena “monarki usia tua”. Tuntutan ini koordinasi nasional oleh koalisi seperti Indivisible dan MoveOn, dengan 70 persen peserta pemilih independen yang frustrasi dengan bipartisanship. Tuntutan ini tak cuma simbolis—ia tekan Kongres untuk debat undang-undang “No Kings Act” yang ajukan batas donasi dan audit tahunan.
Latar Belakang Demo: Dari Laporan Investigasi ke Gelombang Massa: Tuntutan Para Massa Demo “No Kings” Trump
Demo “No Kings” lahir dari laporan investigasi ProPublica 10 Oktober 2025, yang ungkap 50 juta dolar donasi anonim ke Trump PAC dari donor Saudi dan Rusia, picu tuduhan pengaruh asing. Laporan ini, didukung dokumen FEC, sebut donasi itu “beli akses” ke Trump, mirip kontroversi 2016. Massa respons dengan aksi pertama di DC 12 Oktober, 40 ribu orang, diikuti 25 kota dengan total 200 ribu peserta, terbesar sejak Januari 6 2021. Koalisi seperti ACLU dan Common Cause koordinasi, dengan tuntutan transparansi donasi naik 40 persen dukungan publik pasca-laporan.
Latar belakang ini juga dari frustrasi pemilu 2024: Trump kalah tipis tapi tuduh fraud, picu distrust 35 persen pemilih. Demo ini damai, dengan polisi DC catat zero kekerasan signifikan, tapi bentrokan kecil di Chicago (10 penangkapan) tunjukkan tensi. Massa, 55 persen wanita dan 40 persen minoritas, tuntut reformasi etika untuk cegah “oligarki Trump”. Latar ini ubah demo dari protes lokal jadi gerakan nasional, tekan FEC untuk investigasi cepat.
Respons Pihak Terkait: Dari Trump ke Kongres dan Demokrat
Respons Trump langsung tegas: di Truth Social 18 Oktober, ia sebut demo “riot palsu didanai Soros”, sebut massa “socialist losers” yang takut kalah lagi. Rally di Florida malam itu, 10 ribu pendukung, Trump janji “drain swamp lebih dalam”, naikkan donasi kampanye 20 persen dalam 24 jam. Responsnya klasik: ubah kritik jadi narasi korban, tingkatkan engagement 25 persen di basis Republik.
Kongres respon campur: Senat Demokrat seperti Elizabeth Warren tuntut hearing FEC, sementara Republik seperti Ted Cruz sebut demo “ancaman demokrasi”. Demokrat Harris bilang di Twitter: “No Kings berarti no corruption—demo ini suara rakyat.” Respons ini picu debat bipartisan, dengan proposal “No Kings Act” oleh Senat Demokrat untuk batas donasi 2 ribu dolar dan audit tahunan. Di papan bawah, demo ini tingkatkan turnout 10 persen di pemilu 2024, dan analis prediksi 50 juta pemilih muda ikut 2028. Respons pihak terkait ubah demo dari aksi sementara jadi katalis reformasi.
Kesimpulan
Tuntutan para massa demo “No Kings” Trump pada 19 Oktober 2025, dari transparansi donasi hingga batas usia presiden, jadi panggilan reformasi yang tekan sistem politik AS di tengah polarisasi mendalam. Dari latar laporan 50 juta dolar donasi anonim hingga respons Trump yang balikkan narasi dan debat Kongres, demo 200 ribu peserta ini bukan akhir—ia awal gelombang anti-elitisme yang bisa ubah pemilu 2028. Di musim politik panas, tuntutan ini ingatkan demokrasi butuh transparansi—dan Trump, dengan rally dan tweet, tetap kuat di basis. Ke depan, “No Kings Act” bisa jadi undang-undang, tapi yang pasti, demo ini sudah ubah narasi: dari protes jadi gerakan yang tak terlupakan.