
Israel Sudah Mulai Melakukan Penyerangan Darat ke Gaza. Eskalasi konflik di Timur Tengah kembali memanas dengan dimulainya operasi penyerangan darat Israel ke Jalur Gaza pada pertengahan September 2025. Setelah ketegangan yang terus meningkat akibat serangan roket lintas batas dan respons udara, Israel kini mengerahkan pasukan darat untuk menghadapi kelompok bersenjata di Gaza. Operasi ini, yang disebut sebagai salah satu tindakan militer terbesar dalam beberapa tahun terakhir, memicu kekhawatiran global tentang dampak kemanusiaan dan stabilitas regional. Artikel ini akan mengulas kapan operasi ini dimulai, jumlah korban jiwa, dan kondisi terkini di Gaza. BERITA BASKET
Kapan Israel Meresmikan Penyerangan Ini
Israel secara resmi memulai operasi darat ke Gaza pada 12 September 2025, setelah serangkaian serangan udara intensif yang dimulai pada 8 September. Keputusan ini diumumkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidato di Yerusalem, menyusul laporan intelijen tentang rencana serangan baru oleh kelompok Hamas dari Gaza. Operasi darat ini melibatkan brigade infanteri, unit tank, dan pasukan khusus yang masuk melalui beberapa titik di perbatasan utara dan timur Gaza. Sebelumnya, Israel telah meningkatkan serangan udara untuk melemahkan infrastruktur militer lawan, menargetkan terowongan dan fasilitas peluncuran roket. Pengumuman operasi darat ini juga didahului oleh mobilisasi 20.000 pasukan cadangan, menunjukkan skala besar dari operasi tersebut.
Apakah Sudah Banyak Korban Jiwa Usai Penyerangan Ini
Hingga 16 September 2025, operasi darat dan serangan udara Israel di Gaza telah menyebabkan korban jiwa yang signifikan. Berdasarkan laporan dari otoritas kesehatan Gaza, setidaknya 1.200 orang tewas, termasuk 350 anak-anak dan 200 perempuan, dengan lebih dari 4.500 lainnya luka-luka. Di pihak Israel, militer melaporkan 18 tentara tewas dan 60 lainnya terluka dalam pertempuran darat, terutama akibat penyergapan dan ranjau darat di wilayah urban Gaza. Selain itu, serangan roket dari Gaza ke Israel menyebabkan 7 warga sipil tewas dan 30 luka-luka di kota-kota seperti Ashkelon dan Sderot.
Angka korban terus bertambah seiring intensitas pertempuran, dengan banyak laporan menyoroti dampak pada warga sipil yang terjebak di zona konflik. Rumah sakit di Gaza melaporkan kekurangan obat-obatan dan ruang untuk menangani korban, memperparah situasi kemanusiaan. Di sisi lain, Israel mengklaim bahwa target operasi adalah infrastruktur militer Hamas, tetapi serangan di daerah padat penduduk membuat pembedaan antara kombatan dan non-kombatan sulit dilakukan.
Bagaimana Keadaan di Gaza Saat Ini
Kondisi di Jalur Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Pertempuran darat yang berlangsung di wilayah seperti Jabalia dan Khan Younis telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, termasuk rumah, sekolah, dan fasilitas medis. Listrik terputus di banyak area akibat serangan terhadap pembangkit listrik dan jaringan distribusi, meninggalkan sebagian besar penduduk tanpa akses ke air bersih dan listrik. Lebih dari 50.000 warga Gaza telah mengungsi ke kamp-kamp sementara di Rafah dan Deir al-Balah, namun fasilitas pengungsian kewalahan menampung jumlah pengungsi.
Pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan terhambat karena blokade ketat di perbatasan, dengan hanya sedikit truk bantuan yang diizinkan masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom. Organisasi kemanusiaan melaporkan bahwa 80% penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan eksternal untuk kebutuhan dasar. Di tengah pertempuran, warga sipil menghadapi risiko tinggi dari tembakan silang, serangan udara, dan kelangkaan sumber daya. Sementara itu, kelompok bersenjata di Gaza terus meluncurkan roket ke Israel, meski intensitasnya menurun akibat operasi militer Israel yang menargetkan fasilitas peluncuran.
Kesimpulan: Israel Sudah Mulai Melakukan Penyerangan Darat ke Gaza
Penyerangan darat Israel ke Gaza yang dimulai pada 12 September 2025 telah memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut, dengan ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang parah. Operasi ini, yang menargetkan kelompok bersenjata, telah menyebabkan penderitaan besar bagi warga sipil Gaza, dengan listrik, air, dan bantuan kemanusiaan yang semakin sulit diakses. Kondisi saat ini menunjukkan urgensi untuk gencatan senjata dan dialog internasional guna mengurangi eskalasi. Tanpa langkah konkret untuk melindungi warga sipil dan memastikan akses bantuan, krisis di Gaza berisiko semakin memburuk, meninggalkan luka yang sulit disembuhkan bagi kedua belah pihak.