Presiden Venezuela Mengkecam Latihan Militer AS-Trinidad. Di tengah hembusan angin panas Karibia yang biasanya membawa ritme santai, kini terdengar gema keras dari Caracas. Presiden Nicolás Maduro baru saja melontarkan kecaman pedas terhadap rencana latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Trinidad and Tobago yang dijadwalkan berlangsung selama lima hari mulai minggu ini. Maduro menyebutnya sebagai langkah “ceroboh” yang mengancam stabilitas kawasan, seolah-olah latihan itu bukan sekadar simulasi, tapi sinyal perang yang terselubung. Pengumuman ini datang di saat ketegangan regional sedang memuncak, dengan Venezuela yang merasa dikelilingi oleh bayang-bayang intervensi asing. Sementara AS dan Trinidad and Tobago membela latihan itu sebagai upaya menjaga keamanan maritim, Maduro melihatnya sebagai provokasi langsung yang bisa memicu konflik lebih luas. Apakah ini hanya retoris politik, atau awal dari badai yang lebih besar? Yang jelas, pernyataan Maduro kemarin malam melalui siaran televisi nasional telah menyulut perdebatan sengit di seluruh Amerika Latin. BERITA TERKINI
Latar Belakang Ketegangan Regional: Presiden Venezuela Mengkecam Latihan Militer AS-Trinidad
Konflik verbal ini bukanlah yang pertama kali mewarnai hubungan Venezuela dengan tetangganya di utara. Sejak awal 2025, Caracas telah sering menuduh Washington menggunakan aliansi militer di Karibia sebagai alat untuk melemahkan pemerintahannya. Latihan militer AS-Trinidad kali ini, yang melibatkan kapal perusak dan pesawat tempur, datang setelah serangkaian manuver serupa di lepas pantai Guyana, yang berbatasan dengan wilayah sengketa Essequibo. Venezuela mengklaim bahwa aktivitas tersebut melanggar perjanjian netralitas regional dan bisa digunakan untuk mendukung rezim oposisi di dalam negeri.
Trinidad and Tobago, sebagai negara kecil dengan ekonomi bergantung pada minyak dan gas, sering kali terjepit di antara kepentingan besar. Mereka bergabung dalam latihan ini untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman non-tradisional seperti penyelundupan narkoba dan migrasi ilegal, tapi bagi Maduro, itu hanyalah kedok. Sejarah menunjukkan pola serupa: pada 2024, latihan bersama AS di Bahama sempat memicu demonstrasi di Caracas, di mana ribuan warga menyerukan solidaritas anti-imperialis. Kini, dengan pemilu Venezuela yang baru saja berlalu dan sanksi ekonomi AS yang masih menggerogoti, Maduro memanfaatkan isu ini untuk menggalang dukungan domestik. Ketegangan ini juga mencerminkan dinamika lebih luas di Karibia, di mana negara-negara kecil berjuang menyeimbangkan aliansi dengan kekuatan global tanpa kehilangan kedaulatan.
Isi Kritik Maduro dan Panggilan Aksi: Presiden Venezuela Mengkecam Latihan Militer AS-Trinidad
Maduro tidak main-main dalam kecamannya. Dalam pidato yang disiarkan secara nasional pada 15 November, ia menyebut latihan militer itu sebagai “ancaman langsung terhadap perdamaian Karibia” dan memperingatkan Trinidad and Tobago agar tidak menjadi pion dalam “permainan imperialis”. Ia bahkan menyerukan warga di lima negara bagian timur Venezuela—Bolívar, Monagas, Sucre, Anzoátegui, dan Nueva Esparta—untuk bersiaga penuh, bergabung dengan latihan militer nasional, dan memantau perairan perbatasan. “Kami tidak akan diam melihat kapal asing berlayar di depan pintu rumah kita,” tegasnya, sambil menuding AS berusaha menggulingkan pemerintahannya melalui operasi rahasia.
Kritik ini datang dengan nada yang lebih tegas daripada sebelumnya, di mana Maduro biasanya membatasi diri pada pernyataan diplomatik. Ia menyoroti bahwa latihan tersebut menggunakan perairan Trinidad yang berdekatan dengan zona ekonomi eksklusif Venezuela, berpotensi mengganggu rute perdagangan minyak yang vital. Bagi pendukungnya, ini adalah panggilan heroik untuk perlawanan; bagi kritikus, itu retoris yang bisa memicu isolasi lebih lanjut. Maduro juga mengaitkannya dengan isu migrasi, di mana ribuan warga Venezuela yang melarikan diri dari krisis ekonomi kini terjebak di Trinidad, menambah lapisan emosional pada perdebatan ini. Secara keseluruhan, pidatonya berhasil menyatukan basis massa, dengan unjuk rasa spontan di Caracas yang menuntut solidaritas regional.
Reaksi Internasional dan Implikasi Lokal
Reaksi dari pihak lain datang cepat dan beragam. Pemerintah Trinidad and Tobago membela diri dengan menyatakan bahwa latihan itu murni defensif dan telah dikoordinasikan dengan badan regional seperti CARICOM, menekankan manfaat bersama dalam menghadapi bencana alam dan kejahatan transnasional. AS, melalui juru bicara Departemen Luar Negeri, menyebut kecaman Maduro sebagai “narasi konspirasi” yang tidak berdasar, sambil menegaskan komitmen mereka terhadap stabilitas kawasan tanpa agresi. Sementara itu, sekutu Venezuela seperti Kuba dan Nikaragua langsung mendukung Caracas, menyebut latihan itu sebagai bentuk hegemoni yang kuno.
Di tingkat internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa mendorong dialog untuk meredakan ketegangan, sementara Uni Eropa memantau dengan cermat mengingat ketergantungan energi pada Venezuela. Implikasi lokalnya lebih nyata: di Trinidad, komunitas Venezuela yang besar khawatir akan deportasi massal jika hubungan memburuk, sementara nelayan di kedua sisi perbatasan mulai membatasi aktivitas mereka. Bagi Venezuela, ini bisa memperburuk krisis ekonomi, dengan harga minyak yang fluktuatif dan sanksi yang semakin ketat. Namun, bagi AS, latihan ini memperkuat posisi strategis di Teluk Meksiko, di mana sumber daya alam menjadi taruhan utama. Secara keseluruhan, reaksi ini menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan di Karibia, di mana satu latihan bisa mengguncang aliansi lama.
Kesimpulan
Kecaman Maduro terhadap latihan militer AS-Trinidad bukan sekadar ledakan emosi, tapi pengingat akan luka lama imperialisme di Amerika Latin. Dengan panggilan untuk kewaspadaan nasional, ia berhasil mengalihkan perhatian dari tantangan internal ke ancaman eksternal, meski risikonya tinggi. Sementara Trinidad dan AS tetap teguh pada narasi keamanan bersama, eskalasi verbal ini bisa membuka pintu untuk negosiasi yang lebih konstruktif—orang justru memperlemahnya. Di akhir hari, perdamaian Karibia bergantung pada kemampuan semua pihak untuk mendengar di balik deru mesin perang. Semoga hembusan angin tropis ini membawa dialog, bukan badai, agar kawasan yang indah ini tetap menjadi surga damai bagi generasi mendatang.